Motivasi Agar Istiqomah
Khutbah Pertama:
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ ،
وَمَنْيُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِأَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : أٌوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهَ تَعَالَى وَمُرَاقَبَتُهُ فِي السِرِّ
وَالعَلَانِيَةِ ، فَإِنَّ تَقْوَى اللهَ جَلَّ وَعَلَا هِيَ خَيْرُ
زَادِيُبَلِّغُ إِلَى رِضْوَانَ اللهِ .
Ibadallah,
Ketahuilah, di antara hal yang menunjukkan kualitas orang-orang yang beriman adalah keistiqomahan dia dalam agama Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
saja diperintahkan oleh Allah untuk beristiqomah, tentu saja
orang-orang beriman setelah Nabi lebih berhak lagi untuk diperintahkan
agar beristiqomah dalam agamanya. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Beristiqomahlah kepada-Nya dan memohonlah ampunan juga kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 6).
Firman-Nya yang lain,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ
“Istiqomahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu (Muhammad)
demikian juga orang-orang yang bertaubat bersamamu.” (QS. Hud: 112).
Allah Jalla wa ‘Ala menyediakan pahala yang besar dan indah bagi orang-orang yang istiqomah, Dia berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah kemudian mereka
beristiqomah (dengan hal itu), maka tidak ada rasa takut bagi mereka dan
tidaklah mereka bersedih.” (QS. Al-Ahqaf: 13)
Firman-Nya yang lain,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي
أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (QS.
Fushshilat: 30-31)
Maksud dari “janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih” jangan
takut atas apa yang telah kalian berikan dan persembahkan, karena apa
yang kalian persembahkan itu untuk kebahagiaan dan kenikmatan. Dan
jangan kalian merasa bersedih dari orang-orang yang telah kalian
tinggalkan; istri dan anak-anak, karena sesungguhnya mereka dalam
perlindungan, pengurusan, dan pengecukupan Allah.
Ibadallah,
Hakikat dari istiqomah adalah komitmen terhadap agama Allah Tabaraka wa Ta’ala
dan jalan yang lurus, tanpa melenceng ke kanan maupun ke kiri.
Istiqomah itu meliputi istiqomah dalam amalan, perkataan, dan niatan.
Ketiga hal ini agar senantiasa karena Allah dan atas perintah Allah.
Ikhlas dilakukan karena Allah, hanya dengan Allah memohon pertolongan,
dan atas perintah Allah hal itu dilakukan. Inilah hakikat dari
istiqomah, istiqomah yang mendapatkan balasan dari sisi Allah baik di
dunia maupun di akhirat.
Ibadallah,
Inti dari istiqomah adalah istiqomahnya hati tunduk pada perintah
Allah, takut kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menjaga
perintah-perintah-Nya. Apabila hati seseorang istiqomah seperti ini,
anggota badan yang lain pun akan turut istiqomah. Karena hati bagaikan
raja bagi anggota tubuh yang lain, apabila dia istiqomah rakyatnya pun
akan turut istiqomah. Sebaliknya, apabilah hati berpaling, maka anggota
tubuh yang lain pun akan berpaling. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Apabila ia
baik, maka baik pula anggota tubuh yang lain. Namun apabila ia rusak,
maka rusak pulalah anggota tubuh yang lain. Segumpal daging tersebut
adalah hati.”
Kemudian, kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Anggota tubuh lainnya yang perlu kita jaga keistiqomahannya setelah
hati kita adalah lisan (lidah) kita. Ada sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ
اللِّسَانَ فَتَقُولُ : اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ ،
فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا ، وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
“Jika anak Adam memasuki pagi hari sesungguhnya semua anggota
badannya berkata merendah kepada lisan, “Bertakwalah kepada Allah di
dalam menjaga hak-hak kami, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu.
Jika engkau istiqomah, maka kami juga istiqamah, jika engkau menyimpang
(dari jalan petunjuk), kami juga menyimpang.”
Ibadallah,
Wajib bagi seorang hamba Allah yang beriman agar berusaha dengan
seluruh daya dan upayanya untuk beristiqomah di atas perintah Allah Jalla wa ‘Ala, menjaga perintah-perintah tersebut, ikhlas dalam mengamalkannya, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak istiqomah.
Ketahuilah wahai kaum muslimin,
Walaupun seorang hamba berusaha sekuat tenaga untuk istiqomah, pasti
dia tetap jatuh dalam kesalahan. Oleh karena itu, setelah Allah Jalla wa ‘Ala memerintahkan hambanya agar beristiqomah, Dia ikuti dengan perintah beristighfar. Allah berfirman,
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Bersitiqomahlah kalian dan mohon ampunlah kepada-Nya.”
Ini adalah sebuah isyarat bahwa seorang hamba tidak akan mampu
melakukan istiqomah dengan sempurna. Pasti para hamba melakukan
kesalahan. Sebgaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang
yang melakukan kesalahan tersebut adalah mereka yang bertaubat.”
Dan sabda beliau,
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا ، وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمْ
الصَّلَاةَ ، وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ
“Beristiqomahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah
dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling
utama adalah shalat. Dan tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia
adalah seorang mukmin.”
Hadits ini member peringatan bagi orang-orang yang istiqomah dalam
ketaatan agar senantiasa bersungguh-sungguh melawan nafsunya, menjaga
amalan-amalan wajib agar sama sekali tidak terlewatkan. Karena yang
demikian itulah menjadi factor utama yang menolong seseorang agar
senantiasa istiqomah. Shalat dan wudhu serta kewajiban-kewajiban yang
lain adalah penolong seseorang agar tetap istiqomah dalam ketaatan.
Renungkanlah kaitannya dengan firman Allah berikut ini,
اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
“Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ibadallah,
Ketergelinciran seorang hamba dari istiqomah dapat memalingkannya kepada dua hal:
Pertama, kepada berlebih-lebihan dalam beragama. Dan kedua, menjadi seorang yang lalai dan menyepelekan permasalahan agama.
Setan tidak peduli cara mana dari dua hal ini yang membuahkan hasil
dari tujuan mereka, yaitu mengeluarkan hamba dari istiqomah. Terserah
keluar menuju berlebih-lebihan atau justru menjadi seorang yang lalai.
Karena itu, wajib bagi seorang hamba Allah yang beriman agar senantiasa
komitmen pada jalan yang lurus dan mewaspadai ketergelinciran dari jalan
lurus tersebut.
Hendaknya seorang hamba senantiasa waspada dari jalan-jalannya
orang-orang yang berlebihan dan lalai yang mereka terjerumus dalam
perbuatan dosa dan kemaksiatan. Para ulama mengatakan, “Sesungguhnya
setan menyusup ke dalam hati seseorang, apabila ia mendapati bahwa hati
tersebut adalah hati orang yang menjaga ketaatan di jalan Allah, maka ia
menggodanya melalui jalan agar ia menjadi orang yang berlebih-lebihan
dalam agama. Hingga orang tersebut keluar dari garis istiqomah menuju
berlebih-lebihan. Namun apabila setan mendapati hari orang tersebut
adalah hati yang lalai dan malas beribadah, maka ia akan menghiasi hati
orang tersebut akan indahnya meninggalkan ketaatan, mencintai
kemaksiatan dan dosa, dan keluarlah dia dari jalan istiqomah”.
Ibadallah,
Wajiba bagi kita semua untuk berusaha sekuat tenaga agar tetap
istiqomah dalam ketaatan kepada Allah, menjaga perintah-perintahnya, dan
mewaspadai hal-hal yang melalaikan dan membuat kita berlebih-lebihan
serta kaku.
Kita memohon kepada Allah agar mengaruniakan kita istiqomah dalam
agama-Nya dan menjauhkan kita dari fitnah, baik yang terang-teranga
maupun yang tersembunyi. Serta kita memohon agar Allah memberikan kita
petunjuk ke jalan yang lurus.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا . :
عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى حَقَّ التَقْوَى ،
وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ
وَيَرَاهُ.
Ibadallah,
Dalam sebuah hadits shahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berucap dalam doanya,
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ
وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ
بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي أَنْتَ الْحَيُّ
الَّذِي لَا يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Ya Allah, aku berserah diri pada-Mu, aku beriman pada-Mu, aku
bertawakkal pada-Mu, aku bertaubat pada-Mu, dan aku mengadukan urusanku
pada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu,
tidak ada ilah selain Engkau yang bisa menyesatkanku. Engkau Maha Hidup
dan tidak mati sedangkan jin dan manusia mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibadallah,
Dalam hadits tersebut terdapat penjelasan tentang istiqomah yaitu
apabila seseorang menjaga tiga perkara, maka dia akan dikaruniakan
istiqomah dan diselamatkan dari kesesatan dengan izin Allah Jalla wa ‘Ala, yaitu:
Pertama, berdoa dan memohon kepada-Nya agar diberi petunjuk,
dikuatkan langkahnya, dan dilindungi dari kesesatan. Hasan al-Bashri
rahimahullah apabila membaca ayat:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
“Orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah…”
Beliau mengatakan, “Ya Allah, aku beriman kepada-Mu, maka karuniakanlah aku keistiqomahan.”
Kedua, mengenal Allah Jalla wa ‘Ala,
mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Barangsiapa yang semakin
mengenal Allah, maka ia akan merasa semakin butuh akan beribadah
kepada-Nya, semakin jauh terahdap kemaksiatan, dan semakin takut
kepada-Nya. Hal ini diisyaratkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, “Engkau Maha Hidup dan tidak mati sedangkan jin dan manusia mati.”
Ketiga, mengetahui perkara-perkara agama, menjaga,
dan bersungguh-sungguh mengamalkannya. Ini tersirat dalam sabda beliau,
“aku berserah diri pada-Mu, aku beriman pada-Mu, aku bertawakkal
pada-Mu, aku bertaubat pada-Mu, dan aku mengadukan urusanku pada-Mu.”
Dengan lantaran ketiga hal ini: doa, mengenal Allah, dan mengenal
perkara-perkara agama lalu bersungguh-sungguh menjaga dan
mengamalkannya, akan terealisasilah istiqomah dan dijauhkan dari
kesesatan.
Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus. Ya Allah, tunjukilah kami
jalan yang lurus. Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus.
Lindungilah kami dari menyesatkan atau disesatkan, menzalimi atau
dizalimi, dan membodohi atau dibodohi.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]
، وقال صلى الله عليه وسلم : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا
وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ
وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى
البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا
الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ
المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى
الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا
أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ
مِنَّا ، أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ وَتُبْ عَلَى
التَائِبِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ وَتُبْ عَلَى
التَائِبِيْنَ ، وَاغْفِرْ لَنَا أَجْمَعِيْنَ ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar