Kedudukan Sahabat Nabi dan Hukum Mencela Mereka
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ {يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ
وَيَخْتَارُ} وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ ؛ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا:
أَمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوْا اللهَ تُفْلِحُوْا، فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ
وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ.
Ketauhilah wahai hamba Allah,
Allah telah memilihkan untuk Nabi-Nya sekelompok orang-orang terbaik
di zamannya dan menjadi mereka sebagai sahabat Nabi-Nya. Mereka adalah
sebaik-baik penolong dan sebaik-baik teman, semoga Allah meridhai mereka
semua. Mereka adalah sebaik-baik generasi, hati mereka adalah hati
manusia yang paling baik setelah para nabi. Mereka adalah imam pemberi
petunjuk, mencintai mereka adalah bagian dari agama, keimanan, dan
ihsan. Dan membenci mereka adalah bagian dari kekufuran, kemunafikan,
dan kesombongan.
Mereka para sahabat adalah orang-orang yang berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
walaupun sebentar, beriman kepadanya dan wafat dengan berpegang pada
keimanan tersebut. Mereka adalah sebaik-baik generasi dan para imam
setelah para nabi. Yang demikian itu karena Allah memilih mereka untuk
menemani manusia pilihan-Nya yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka beriman kepada Nabi, berjihad bersamanya, dan belajar Islam langsung kepada beliau.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai sahabat-sahabatnya radhiallahu ‘anhum. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ
الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ
عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa
yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan
memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
(QS. Al-Fath: 18).
Dan firman-Nya,
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ
فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ
أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan
tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29).
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan,
إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ
لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ
الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ
قُلُوبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُونَ عَلَى
دِينِهِ فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ
وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئٌ
“Sesungguhnya Allah telah melihat hati para hamba-Nya, dan mendapatkan hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah hati yang paling baik, lalu memilihnya dan mengutusnya membawa
risalah. Kemudian melihat kepada hati para hamba setelah hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan mendapatkan hati para sahabat adalah sebaik-baik hati para hamba,
lalu menjadikan mereka sebagai pendamping nabi-Nya. Mereka berperang
membela agama-Nya, sehingga apa yang dipandang kaum muslimin sebaagi
kebaikan maka ia baik disisi Allah dan apa yang dipandang mereka sebagai
kejelakan maka ia adlah kejelekan disisi Allah.”
Wajib bagi seorang muslim untuk mencintai seluruh sahabat Nabi, karena Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun mencintai mereka, karena mereka juga telah berjihad di jalan Allah
dan menyebarkan Islam ke belahan bumi Timur dan Barat, karena mereka
telah melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beriman kepadanya serta mengikuti cahaya yang diturunkan kepadanya. Inilah akidah keyakinan Ahlussunnah wal Jamaah.
Allah menyebutkan tentang orang-orang Muhajirin dan Anshar di dalam surat Al-Hasyr:
لِلْفُقَرَاء الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيارِهِمْ
وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً
وَيَنصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ *
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ
مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا
أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung
halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah
dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah
orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) ´mencintai´ orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin);
dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS.
Al-Hasyr: 8-9)
Allah juga menjelaskan bagaimana hendaknya sikap seorang muslim
terhadap sahabat-sahabat Nabi, yaitu: seorang muslim hendaknya
memohonkan ampunan untuk mereka dan seorang muslim memohon kepada Allah
agar tidak membenci mereka. Sebagaimana firman Allah,
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),
mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau
membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Imam asy-Syaukani mengatakan, “Allah memerintahkan setelah memohonkan
ampun kepada Muhajirin dan Anshar, kita juga memohon agar Allah
menghilangkan dari hati kita rasa kedengkian terhadap orang-orang yang
beriman. Termasuk juga orang-orang yang pertama kali beriman, yaitu para
sahabat Nabi. Merekalah orang beriman yang paling mulia. Kemudian juga
memohon keridhaan Allah untuk mereka.
Jika di hati seseorang terdapat rasa kedengkian keada para sahabat
Nabi, maka dia telah masuk ke dalam perangkap setan dan telah bermaksiat
kepada Allah karena mengadakan permusuhan kepada wali-wali-Nya dan
wali-wali Rasul-Nya. Orang yang dengki ini juga telah membuka pintu
neraka jika mereka tidak bertaubat kepada Allah. Hendaknya seseorang
senantiasa memohon kepada Allah agar Allah menghilangkan kedengkian di
hati mereka terhadap orang-orang dari generasi terbaik ini. siapa yang
di dalam hatinya terdapat kedengkian kepada para sahabat lalu mencela
salah satu di antara mereka, maka ia telah menolong setan dan jatuh ke
dalam murka Allah.”
Ibadallah,
Kita harus mengetahui kemuliaan dan kehormatan para sahabat Nabi sebagaimana Allah telah memuliakan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula)
oleh jual beli dari mengingat Allâh, mendirikan shalat, dan membayarkan
zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang.” (QS. An-Nur: 37)
Mereka para sahabat adalah orang-orang yang menolong Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
berjihad bersamanya, dan merasakan kesulitan bersama beliau hingga
datang pertolongan Allah. Setelah itu, para sahabat membantu beliau
menyebarkan tauhid dan risalah Islam. Setelah Rasulullah wafat, mereka
meneruskan dakwah tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلاْوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَـٰجِرِينَ وَٱلأَنْصَـٰرِ
وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّـٰتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا ٱلأَنْهَـٰرُ
خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَداً ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Allah juga berfirman,
لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ
المُفْلِحُونَ أَعَدَّ الله لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا
الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الفَوْزُ العَظِيمُ
“Namun Rasulullah dan orang-orang beriman bersamanya, mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka dan bagi mereka disiapkan kebaikan dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi
mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 88-89)
Dalam ayat ini Allah menjanjikan untuk mereka kebaikan, kemenangan, dan surga.
Mereka beriman dan berjihad dengan jiwa dan harta mereka, merekalah
orang-orang yang ridha kepada Allah dan Allah pun meridhai mereka, jika
demikian siapa yang berani mencela mereka? Siapa yang mampu menghina
mereka setelah Allah memuji mereka? dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memuji para sahabatnya dengan sabdanya,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang segenerasi denganku, kemudian yang setelah mereka, dan kemudian yang setelah mereka.”
Alangkah indahnya perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ فَإِنَّ
الْحَي لَا تُؤْمَنُ عليه الْفِتْنَة ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صلى
الله عليه وَسَلَّمَ ، كَانُوا أَفْضَلَ هذه الْأُمَّة ، أَبَرَّهَا
قُلُوبًا ، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا ، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا ، قَوْمٌ
اخْتَارَهُمُ الله لِصُحْبَة نَبِيِّه وَإِقَامَة دِينِه ، فَاعْرَفُوا
لَهُمْ فَضْلَهُمْ ، وَاتَّبِعُوهُمْ في آثَارِهِمْ ، وَتَمَسَّكُوا بِمَا
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ أَخْلَاقِهِمْ وَدِينِهِمْ ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا على
الْهَدْى الْمُسْتَقِيمِ
“Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah
mencontoh orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena
orang yang masih hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang
telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang
terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya,
paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk
menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan
mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di
atas jalan yang lurus.”
Ibadallah,
Allah Ta’ala mengancam orang-orang yang menyelisihi jalannya orang-orang yang beriman ini dengan firman-Nya,
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Barang siapa menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk, dan
mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman1, Kami biarkan ia
leluasa bergelimang dalam kesesatan dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’:
115)
Pokok keyakinan Ahlussunnah ridha kepada sahabat Nabi dan barangsiapa
yang menyelisihi mereka, maka Allah ancam dengan adzab. Mencela sahabat
Nabi haram hukumnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِى فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَوْ أَنْفَقَ
مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Jangan kalian cela seorang pun dari sahabatku. Jika salah seorang di
antara kalian berifak dengan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan
menandingi infak satu mud dari mereka atau bahkan setengah mud.”
Bayangkan kaum muslimin, jika kita menginfakkan emas semisal dan
sebesar Gunung Uhud, tidak sama kualitasnya dengan seperempat sha’ infak
mereka yang hanya berupa kurma. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من سب أصحابي فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين
“Barangsiapa yang mencela sahabatku, maka baginya laknat Allah, malaikat-malaikat-Nya, dan seluruh manusia.”
Mencela mereka sama dengan menyakiti mereka. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 58).
اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَاجْزِهِمْ عَنَّا
خَيْرَ الْجَزَاءِ، أُقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي
وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ
هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الغَنِيُ الخَبِيْرُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّا
بَعْدُ:
Siapa yang ingin agar agama dan keimanannya selamat, maka hendaknya ia mencintai seluruh sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
karena yang demikian ini adalah sebuah kewajiban bagi orang-orang yang
mengaku muslim dan memang hal ini disepakati oleh para ulama akan
wajibnya.
Orang-orang yang berpaling dari mencintai mereka pasti akan binasa.
Orang yang berpaling dari kewajiban ini pasti akan terkena fitnah.
Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Janganlah kalian mencela sahabat-sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berdirinya mereka –mendampingi Nabi- sesaat saja, itu lebih baik daripada 40 tahun amalan kalian.”
Imam Ahmad mengatakan, “Jika kalian melihat seseorang yang mengatakan keburukan terhadap sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka curigailah orang tersebut akan membuat makar terhadap Islam.”
Ibadallah,
Hendaknya kita tidak cinta saja dengan para sahabat Nabi akan tetapi
tidak membela mereka ketika ada yang mencelanya. Mencintai mereka
merupakan sesuatu yang dikedepankan dan membela mereka adalah suatu
kewajiban. Karena ada orang-orang Syiah yang merendahkan kedudukan
sahabat Nabi yang mulia, mereka mencela sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Zur’ah mengatakan, “Apabila kalian melihat seseorang merendahkan kedudukan salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketahuilah! Mereka itu orang zindiq (munafik yang berusaha merusak Islam dari dalam). Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar bagi kita, Alquran itu benar, dan Alquran sampai kepada kita melalui sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka (orang yang mencela) hendak menjelekkan saksi-saksi kita agar
Alquran dan sunnah pun jadi jelek. Semestinya merekalah yang lebih layak
dikritik dan dijelekkan.”
عِبَادَ اللهِ: قَالَ صلى الله عليه وسلم : «مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا». اَللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمَ
وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الأَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ اَلأَئِمَّةِ الْحُنَفَاءِ أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيْ، وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ
نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ
وَجُوْدِكَ وَاِحْسَانِكَ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ،،﴿رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلاً لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِمَنْ يَسُبُّ أَصْحَابَ نَبِيِّكَ اَللَّهُمَ
سَلِّطْ عَلَيْهِمْ وَالْعَنْهُمْ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنَ اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لَا
يُعْجِزُوْنَكَ يَاقَوِيُ يَاعَزِيْزُ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ
أَمْرِنَا لِكُلِّ خَيْرٍ وَأَصْلِحْ بِطَانَتَهُ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ، اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ﴿وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ﴾ [العنكبوت: 45] .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar