Menjaga Stabilitas Keamanan Negara
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ: (اَلَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ
بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى
بِاللَّهِ شَهِيداً)، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ اِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا، أَمَّا بَعْدُ
أيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ وَتَعَالَى.
Kaum muslimin,
Bertakwalah kepada Allah Ta’ala, bersyukurlah atas nikmat
yang telah Dia anugerahkan berupa keamanan dan kenikmatan hidup
bermasyarakat dalam lingkungan negara. Keamanan dan kenyamanan
masyarakat dalam suatu negara akan kian terwujud dengan berpegangnya
mereka kepada Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan menjadikannya sebagai dasar hukum dalam negara. Inilah di anatara
sebab terbesar meratanya kenikmatan dan tercegahnya kesengsaraan.
Namun demikian, musuh-musuh Islam di dalam dan luar negeri akan
senantiasa mencoba merusak dan menggoncangkan kenikmatan ini. Mereka
berupaya dengan segala upaya dan tipu daya bagaimana nikmat ini hilang
dari suatu negeri muslim. Hal ini sebagaimana telah digambarkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ
إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ
قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ
السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ
مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ
قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا
وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian
dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan
dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah,
apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian
pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh
air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian
dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang
bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut
mati.”
Hadits ini adalah hadits yang sangat tepat menggambarkan keadaan umat Islam saat ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan yang demikian
sebagai peringatan bagi kita ketika masa itu tiba, agar kita mewaspadai
dan menyusun rencana. Kita lihat negeri-negeri Islam saat ini, terbagi
dan terpecah menjadi kelompok dan wilayah, diperangi dan dimusuhi.
Negeri yang aman dan berpegang kepada syariat Islam akan ditebarkan
fitnah dan konspirasi, dimasukkan pemikiran-pemikiran yang jelek agar
pemuda-pemudanya rusak. Rusak karena mereka menjadi seorang ekstrimis
atau rusak karena mereka menjadi pemuda-pemuda yang lalai yang
meninggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena itu, kita harus berada pada jalan yang proporsional, yaitu ash-sirath al-mustaqim. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
“Ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah jalan itu. Dan
janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang menyimpang) sehingga kalian
tergelincir dari jalan yang lurus.”
Orang-orang yang tidak senang terhadap Islam juga akan menanamkan
kerancuan dalam berpikir dan merusak daya pikir itu sendiri dengan cara
menyebarkan narkoba, minuman keras, dll. yang merupakan sarana merusak
akal generasi muda bahkan terkadang hal itu pun terjadi pada
generasi-generasi yang telah pemimpin. Mereka dibuat tamak terhadap
harta dan kedudukan walaupun sampai mengorbankan rusaknya generasi
penerus atau menumbuhkan generasi penerus yang lemah, menumbuhkan
generasi yang tidak mampu eksis, sehingga adanya seperti tidak ada saja.
Generasi penerus yang rusak akalnya yang tidak memiliki masa depan.
Inilah yang kita saksikan dan kita dengar dari media-media berita
tentang bahaya narkoba yang masuk ke negeri-negeri kaum muslimin.
Demikian juga konspirasi merusak pemikiran pemuda ini juga dilakukan
dengan merusak moral malalui tayangan-tayangan yang memalukan,
tayangan-tayangan rendahan yang merendahkan kehormatan,
tayangan-tayangan buruk yang membuat para pemuda terjerumus ke dalam
fitnah syahwat –laa haula walaa quwwata illaa billaah-.
Tayangan-tayangan yang demikian disebarkan melalui media televisi,
internet, ponsel-ponsel pribadi, atau sarana apa saja yang akrab dengan
generasi muda kita. Dampaknya, anak-anak perempuan tidak lagi malu
keluar dari rumah mereka dengan mengorbankan kemuliaan mereka.
Lebih parah dari itu, tersebarnya syubhat-syubhat yang merusak
akidah, fatwa-fatwa yang menyesatkan, yang terlontar dari orang-orang
yang tidak berilmu atau orang-orang yang memang menyebarkan pemahaman
yang menyimpang. Semua itu menyerang negeri Islam siang dan malam.
Sasarannya adalah anak-anak muslim dan muslimat.
Kerancuan pemikiran dan syahwat ini menyerang rumah-rumah kaum
muslimin dan menarget anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan mereka
yang mungkin sedang berada di atas kasur, di kendaraan, atau sedang
duduk-duduk di ruang keluarga, mereka bisa mengaksesnya lewat televisi
atau handphone-handphone mereka. Semoga Allah melindungi kita semua dari
semua keburukan.
Kaum muslimin,
Kita semua bertanggung jawab atas negara kita, bertangung jawab atas
anak-anak kita, bertangung jawab untuk menjaga kejelekan yang masuk ke
negeri kita, bukan hanya menyerahkannya kepada pihak kepolisian, setiap
kita bisa menjadi polisi, karena keamanan negara bukan hanya tanggung
jawab pemerintah semata, kita semua bertanggung jawab. Kita ingat firman
Allah,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى
الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(QS. Al-Maidah: 2)
Kita harus senantiasa siaga dan bersiap untuk menepis semua
kebatilan, jangan hanya diam ketika melihatnya, karena yang demikian
juga merupakan kesalahan atau kejelekan yang membahayakan. Kita tidak
bisa beralasan, ini adalah urusan pemerintah dan kepolisian. Memang,
yang pertama ini adalah tanggung jawab mereka, namun kita juga bisa
memiliki andil dan peranan, karena keamanan adalah keamanan negara kita
juga. Ambillah peranan, dan bersihkan rumah kita dari unsur-unsur
penghancur tersebut, jauhkan hal itu dari tangan anak-anak kita, sebelum
hal itu menjadi bahaya yang kemudian bisa merusak masyarakat kita.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
Adapun dalam skala yang lebih besar, maka hal itu kita serahkan
kepada pihak pemerintah, sambil kita lakukan apa yang kita mampui untuk
menolong pemerintah menjaga negeri ini. Jadi, jangan kita katakan ini
adalah tanggung jawab pihak berwajib semata, kita katakan ini adalah
tanggung jawab kita sebagai masyarakat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah
ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah
ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia
merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR.
Muslim no. 49)
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah sekalian,
Sesunggunya negeri kita ini menjadi sasaran akan fitnah-fitnah
tersebut, serangan-serangan itu datang bahkan dari orang-orang yang
mengklaim menyeru kepada Islam, mereka sebut Islam moderat, terkadang
juga datang dari tetangga-tetangga kita, dan tidaklah hal itu datang
kecuali karena negeri kita memiliki potensi untuk menjadi negeri yang
lebih islami.
Bertakwalah wahai hamba Allah,
Waspada, waspada, dan tetap waspada. Sampaikan keburukan yang kita
lihat kepada yang berwenang, jangan malah kita tutup-tutupi, jangan kita
remehkan karena yang demikian berbahaya dampaknya bagi masyarakat kita.
Bertakwalah wahai hamba Allah,
Jadilah bagian dari pemerintah dan berkerja samalah dengan pihak kepolisian.
لَمَّا ذَكَرَ حُذَيْفَةَ بْنَ اليَمَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ
النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ
يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ
وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا
الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ
مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ
قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ
فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى
أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا
وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ
أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ
فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ
شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang kebaikan sementara aku biasa bertanya kepada beliau
tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan
itu. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa
jahiliah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini,
maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi
menjawab, “Ya.” Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada
kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada kabut.”
Saya bertanya, “Apa yang anda maksud dengan kabut itu?” Beliau menjawab,
“Adanya sebuah kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk
yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga
mengingkarinya.” Saya bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada
keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya dai-dai yang menyeru
menuju pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka
akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.” Aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi
menjawab, “Mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara
dengan bahasa kita.” Saya bertanya, “Lantas apa yang anda perintahkan
kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab,
“Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam (pemimpin)
mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum
muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi
seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit
akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap
seperti itu.” (HR. Al-Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)
وفي الحديث: “يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ الإنسان غَنَمٌ يرعاه في
رؤوس الْجِبَالِ يتتبع بها مَوَاقِعَ الْقَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ
Dalam hadits lainnya,
“Hampir saja datang suatu masa dimana kambing menjadi sebaik-baik
harta seseorang. Ia gembalakan di puncak gunung lalu dia awasi. Ia lari
(dari hiruk pikuk) dengan agamanya.”
Bertakwalah wahai hamba Allah,
Sadarilah bahwa kita semua bertanggung jawab di hadapa Allah Subhanahu wa Ta’ala
tentang bahaya yang terjadi di negeri kita disebabkan karena kita
meremehkannya atau lalai darinya. Jangan kita saling melempar tanggung
jawab tersebut, kita semua bertanggung jawab dengan kadar kemampuan
masing-masing dan kita akan ditanya kelak di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى
الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(QS. Al-Maidah: 2)
بَارَكَ اللهُ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ
مِنَ البَيِّنَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى
مَنِّهِ وَكَرَمِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Ibadallah,
Sesungguhnya kenikmatan keamanan atau kenikmatan secara umum tidaklah langgeng dan tetap kecuali jika kita syukuri. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim:
7)
Firman-Nya yang lain,
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً
يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ
اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا
يَصْنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah; karena itu Allah memberikan mereka rasa kelaparan dan ketakutan,
seperti pakaian yang meliputinya, disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat.” (QS. An-Nahl: 112)
Perhatikanlah dan ambillah pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu
dan apa yang menimpa mereka dikarenakan mereka mengkufuri nikmat-nikmat
Allah ‘Azza wa Jalla, sungguh yang demikian itu terdapa pelajaran bagi mereka yang memiliki hati yang lurus.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah,
Jagalah nikmat yang Dia berikan dengan mensyukurinya, dan waspadailah
kehilangan nikmat tersebut dikarenakan kurangnya rasa syukur kita dalam
menjaganya. Syukur itu tidak hanya di mulut saja dengan mengatakan
“Alhamdulillah”. Rasa syukur itu harus terdiri dari tiga unsur, yaitu:
Pertama, menceritakannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. Adh-Dhuha: 11)
Kedua, pengakuan di dalam hati bahwa nikmat tersebut
berasal dari Allah bukan karena usaha kita. Nikmat tersebut adalah
anugerah dari Allah.
Ketiga, menggunakan kenikmatan tersebut untuk
ketaatan kepada Allah bukan malah mempergunakannya untuk maksiat.
Barangsiapa menggunakan kenikmatan yang Allah berikan untuk
memaksiatinya, maka ini adalah bentuk dari mengkufurinya.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah,
Ketauhilah bahwa sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan sejelek-jelek urusan adalah sesuatu yang diada-adakan dalam agama
karena setiap yang diada-adakan dalam agama adalah bid’ah dan setiap
bid’aj itu sesat, tempat kesesatan adalah di neraka.
(إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)، اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيَّنَا مُحَمَّدٍ،
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ خُلَفَائِهِ اَلرَّاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِّيْنَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا
البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةٍ
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ هَذِهِ البِلَادَ،
اَللَّهُمَّ احْفَظْ هَذِهِ البِلَاد، اَللَّهُمَّ احْفَظْ هَذِهِ البِلَاد
آمِنَةً مُسْتَقِرَّةً، اِحْفَظْهَا مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَمَكْرُوْهٍ،
وَمِنْ كُلِّ شَرٍّ وَفِتْنَةٍ، وَاحْفَظْ بِلَادَ المُسْلِمِيْنَ عَامَةٍ
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ رَدَّ كَيْدَ الكَائِدِيْنَ فِي
نُحُوْرِهِمْ وَكِفْنَا شُرُوْرَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ،
اَللَّهُمَّ احْفَظْ عَلَيْنَا أَمْنَنَا وَإِيْمَانَنَا
وَاسْتِقْرَارَنَا فِي أَوْطَانِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا ذُنُوْبَنَا
مَا لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْهُمْ
هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِيْنَ وَلَا مُضِلِّيْنَ، اَللَّهُمَّ
أَعِنْهُمْ عَلَى نَصْرِ الْحَقِّ وَالقِيَامِ بِهِ، اَللَّهُمَّ
أَعِنْهُمْ وَسَدِدْهُمْ، اَللَّهُمَّ خُذْ بَأْيِهِمْ إِلَى مَا فِيْهِ
صَلَاحِهِمْ وَصَلَاحِ الإِسْلَامِ وَالمُسْلِمِيْنَ يَا حَيُّ يَا
قَيُّوْمُ يَا سَمِيْعُ الدُّعَاءِ، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ).
عبادَ الله، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، (وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا
عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ
جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا
تَفْعَلُونَ)، فَذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُوْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar