Berhias Bagi Kaum Wanita
Nabi saw berkata kepada Umar
Radhiallahu anhu.," Maukah kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang?
Ia adalah wanita sholehah, yaitu jika suami memandangnya, maka ia
menyenangkannya."
Syaikh Abdul Halim
Hamid menyatakan, bahwa Islam mengangkat tinggi-tinggi derajat berhias
seorang wanita. Wanita yang memperhatikan dandanannya dan mempercantik
diri di hadapan suaminya untuk menciptakan rasa suka cita, dinilai oleh
Islam sebagai wanita sholehah, yaitu sebagai sebaik-baik perhiasan
dunia.
Sedangkan
Syaikh Ahmad Alqet mengatakan bahwa sudah menjadi fitrah wanita untuk
merawat tubuh, kecantikan dan keserasian busananya, sehingga masa-masa
remaja wanita relatif digunakan untuk menarik perhatian lelaki guna
mempertautkan hatinya dengan lelaki idaman yang dirasa sanggup
menitipkan dirinya melaui jalan syari'ah. Bila hal ini belum tercapai,
maka biasanya mereka mengerahkan segala kemampuan dan kepandaiannya
untuk menjaga kecantikan yang menjadi jaminan masa depan.
Dalam kitab " Kaifa Tus'idu
Zaujatak", dikatakan bahwa Islam juga menghimbau wanita agar berdandan
dengan sopan dan tidak menimbulkan murka Allah serta fitnah sesama
manusia. Syaikh Abdul Halim Hamid menasehatkan agar wanita hendaknya
menjadi ratu kecantikan dan keindahan di rumahnya, membuat ridha
Rabb-Nya dan menciptakan kebahagiaan bagi suaminya.
Fungsi
pakaian adalah untuk menutup aurat dan melindungi tubuh dari hal-hal
yang bisa merusak. Berhias tidaklah dilarang jika maksudnya untuk
menyatakan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, namun menjadi
terlarang jika dimaksudkan untuk menyombongkan kekayaan, membangkitkan
kegemaran bersolek atau sekedar pamer kekayaan. Oleh sebab itu, Islam
membolehkan kaum wanita memakai emas dan pakaian dari sutra, sedangkan
bagi kaum laki-laki adalah diharamkan. ( Kitab Al Muntaqal Akhbar ).
Atas maksud itulah, terdapat beberapa anjuran atau pedoman bagi kaum wanita sholehah dalam berhias/ berdandan, yaitu:
1. Jangan bertabarruj
Firman Allah, " ..dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu..." ( Al Ahzab : 33 )
Qatadah Radhiallahu anhu
menyatakan bahwa mereka adalah para wanita yang berjalan dengan lenggak
lenggok. Abu Najib Rahmatullah 'alaih mengatakan bahwa mereka adalah
wanita yang berjalan dengan kebanggaan. Al Farabi Rah.a. berpendapat
bahwa mereka adalah wanita yang berpakaian tipis sehingga tampak kulit
badannya. Dan yang pasti, alim ulama berpendapat," Mereka adalah wanita
yang keluar rumah dan berjalan untuk menarik perhatian orang lain selain
suaminya."
Imam Mujahid Rah.a. berkata,
bahwa "Tabarruj" yaitu wanita yang bersolek, berhias diri,
memperlihatkan perhiasan dan kecantikannya kepada para lelaki. Mereka
tidak memiliki rasa malu kecuali sedikit, mereka berjalan di antara para
lelaki, berlenggak lenggok, berdesak-desakan dengan para laki-laki di
pasar-pasar, berjalan di depan para lelaki di jalan-jalan dan di
masjid-masjid. Pada malam hari berjalan di tempat yang terang untuk
memperlihatkan perhiasan dan kecantikannya kepada orang-orang. Inilah
yang dilakukan oleh para wanita jahiliyah. Dan Al Qur'an telah melarang
wanita muslimah berbuat demikian.
Timbul pertanyaan: Apakah
manfaat dan untungnya kecantikan, keindahan serta dandanan jika ternyata
tidak disukai oleh Allah swt, bahkan harus menerima murka-Nya?? Di
sinilah banyak kaum wanita yang tertipu, mereka ingin dipuji dan
disenangi oleh makhluq tetapi lupa bagaimana agar Khaliq pun menyenangi
dan memujinya.
Terdapat berbagai akibat dari perbuatan tabarruj kaum wanita, di antaranya adalah:
a. Akan merebak dan terbukanya pintu perzinaan. Inilah akibat utama dari tabarruj, yang pada masa ini semakin merebak.
b. Timbul hawa nafsu yang tidak terkendali
c. Merendahkan derajat wanita itu sendiri.
d. Meruntuhkan akhlaq dan moral manusia.
e. Menimbulkan kebiasaan buruk seperti onani. liwath dan sebagainya.
f. Bahaya dari orang-orang jahat akan lebih mengancam ketenangan dan keamanan kaum wanita.
g. Meruntuhkan kekuatan rohani.
Dan tentunya nanti di akhirat pun pasti akan mendapatkan balasan atas segala perbuatannya tersebut.
Imam Al Ghazali Rah.a.
mengingatkan bahwa banyak kaum wanita yang menyibukkan diri mereka
dengan merias dan mempercantik diri untuk membahagiakan suami, tetapi
mereka lupa untuk merubah sifat dan akhlaq mereka.
Para
wanita rela mengorbankan uang yang demikian banyak hanya untuk menjaga
keindahan dan kecantikan tubuh mereka, tetapi mereka melupakan keindahan
dan kecantikan rohani mereka. Rohani mereka dibiarkan sengsara,
sehingga akhlaq dan keimanan pun tidak terbina. Padahal lemahnya iman
dan rusaknya akhlaq adalah malapetaka yang besar bagi dunia ini.
2. Jangan Menyerupai Lelaki.
Dari 'Aisyah R.A., Rasulullah saw bersabda," Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki." ( Muslim, Abu Daud ).
Hadits
lainnya, Nabi saw bersabda," Allah swt melaknat wanita yang menyerupai
lelaki dan lelaki yang menyerupai wanita." ( Abu Dawud, Tirmidzi ).
Seorang lelaki berkata," Ketika
aku sedang bersama Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, ia melihat Ummu Sa'id
binti Abu Jahal yang di lehernya tergantung busur dan ia berjalan dengan
gaya laki-laki. Lalu Abdullah berkata," Siapakah perempuan itu?"
Dijawab," Itu adalah Ummu Sa'id binti Abu Jahal". Maka Abdullah
berkata," Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda," Bukan dari
ummatku wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai
wanita."
Pada jaman ini, karena lemahnya
dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar dalam diri ummat Islam, sehingga
Islam telah jauh dari kehidupan manusia, sehingga apa-apa yang menjadi
batasan-batasan antara laki-laki dan wanita pun sudah sulit untuk
dibedakan. Padahal dalam sholat saja, Rasulullah saw sudah membedakan
aturan shalat bagi wanita dari lelaki. Begitu juga dalam cara duduk,
berjalan, berpakaian, rambut dan amalan-amalan lainnya.
3. Jangan Merubah Ciptaan Allah
Rabu, 28 Juli 2010
Aurat Wanita
Dari Ibnu Mas'ud ra., Rasulullah saw bersabda, "Wanita itu seluruhnya aurat." (Thabrani).
Aurat
menurut bahasa adalah sesuatu perkara yang malu jika diperlihatkan.
Atau bisa juga disebut, sesuatu yang menjadi aib atau cela jika
diperlihatkan. Oleh sebab itu, seseorang yang menampakkan auratnya di
depan yang lainnya, adalah mereka yang tidak memiliki rasa malu, atau
mereka yang memiliki aib.
Allah
swt. berfirman, "Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan
anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukminin, hendaknya mereka
memanjangkan jilbab mereka ke seluruh tubuh. Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, dan karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Ahzab: 59).
Syaikh
Rasyid Ridha, dalam kitabnya 'Nida Lil Jinsil Lathif menerangkan latar
belakang turunnya ayat ini, bahwa sebelum ayat ini diturunkan, kaum
wanita mukminat biasa rnengenakan pakaian seperti lazimnya wanita-wanita
non-muslimah pada masa jahiliyah, yaitu terbuka leher dan sebagian
dada-dada mereka. Hanya sesekali mereka rnengenakan jilbab, itu pun
tidak merata. Jilbab adalah sejenis pakaian luar yang menutupi seluruh
anggota tubuh. Jika mereka merasa perlu mereka memakainya, tetapi jika
tidak, mereka tidak akan memakainya. Orang-orang yang usil, lantas
mengganggu mereka lantaran wanita-wanita itu disangka amat (hamba sahaya
wanita). Sebab memang 'amatlah yang sering kali sengaja mempertontonkan
sebagian dari anggota tubuh mereka. Kebiasaan itulah yang kemudian
dijadikan sarana oleh kaum munafik untuk mengganggu kaum wanita
mukminah, termasuk istri-istri Nabi. Dan mereka beralasan bahwa mereka
menyangka wanita-wanita itu adalah amat. Oleh sebab itu, Allah
memerintahkan kepada seluruh wanita mukminah agar memanjangkan
jilbab-jilbab mereka dengan menutup kepala, leher sampai dada mereka.
Dengan demikian mereka dapat mengenali bahwa wanita-wanita yang memakai
jilbab adalah wanita-wanita mukminah.
Menutup
aurat bagi wanita adalah hikmah dari Allah Ta'ala untuk menyelamatkan
kaum wanita dari bahaya fitnah. Sebagaimana ditegaskan oleh Umar bin
Khattab ra., beliau berkata, "Bertaqwalah kepada Allah Tuhan kalian. Dan
jangan biarkan istri dan anak perempuan kalian mengenakan pakaian
Qibthi, karena sekalipun tidak tipis namun ia dapat menimbulkan
rangsangan dan mengundang fitnah." (Tarikh At Thabari: IV/215).
Dr.
Anwar Jundi menulis, bahwa Islam menekankan agar wanita melindungi diri
dengan cara memakai pakaian yang menutup seluruh auratnya, mengharamkan
berduaan dengan pria yang bukan mahramnya, dan seluruh aktifitas yang
akan mendatangkan maksiat. Usaha-usaha ini adalah untuk menyelamatkan
wanita dari fitnah, dan menyelamatkan masyarakat dari fitnah wanita.
Beliau
menambahkan bahwa dengan beragam cara pula musuh-musuh Islam
mempropagandakan 'bugilisme'. Mereka mencanangkan falsafah buruk yang
lepas dari norma-norma masyarakat. Mereka menciptakan rancangan pakaian
dengan tidak membedakan mana pakaian untuk pria dan mana pakaian untuk
wanita, sehingga tidak ada lagi garis pembeda yang memisahkan di antara
keduanya. Akibatnya, perbuatan haram pun berkembang, yaitu wanita nampak
seperti pria atau pria nampak seperti wanita. Hal ini karena
dipengaruhi oleh mode pakaian.
Berjilbab
Sabtu, 09 Januari 2010
Jika Wanita Sholehah Cemburu Kepada Suami
Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan rasa cemburu pada diri wanita dan jihad pada
diri laki-laki. Siapa di antara wanita tadi yang sabar dalam
menghadapinya dengan penuh iman dan ihtisab, maka baginya pahala seperti
pahala orang yang mati syahid." ( Hadits Riwayat Thabrani).
Nabi
saw, bersabda, "Sesungguhnya aku sangat cemburu, dan tiada seorang pun
yang tidak cemburu melainkan terbalik hatinya." ( Hadits Riwayat Al
Bazzar dan Daruquthni).
Cemburu adalah sifat fitrah bagi
manusia, maka wanita yang tidak memiliki rasa cemburu dapat dikatakan
tidak sesuai dengan fitrahnya. Allah swt. telah menyamakan antara
cemburu pada wanita dengan jihad pada lelaki. Itu adalah suatu nikmat
yang besar. Di samping akan mendapatkan pahala sabar dan mati syahid,
juga dengannya Allah swt. akan menambahkan rasa kasih dan sayang di
antara suami istri, yaitu jika rasa cemburu tersebut dilapisi dengan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.. Allah berfirman, "Hai
orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka,
Sesungguhnya sebagianprasangka itu adalah dosa." (Al-Hujurat: 12).
Abdullah bin Ja'far berwasiat
kepada putrinya, "Hati-hatilah terhadap rasa cemburu karena sungguh ia
merupakan awal perceraian, dan hindarilah banyak cemberut karena ia
adalah pemicu kebencian. Usahakanlah untuk selalu mengunakan celak
karena ia sebaik-baik perhiasan, dan wewangian adalah air."
Hendaknya
sedang-sedang saja dalam cemburu, yaitu tidak dalam urusan yang
ditakutkan keburukannya. Juga tidak terlalu berlebihan, sehingga
berburuk sangka, mencari-cari ketergelincirannya dan mengintai-intai
batinnya.
Al-Ghazali rah.a. menulis bahwa
cemburu yang melampaui batas sehingga seolah-olah sangat diyakini
olehnya, itu sangat dilarang keras dalam agama, sebab termasuk ke dalam
ber-suuzhan kepada orang lain.
Seorang wanita berkata kepada
Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, Sesungguhnya aku mempunyai seorang
madu, apakah aku berdosa jika kukatakan bahwa suaminya telah memberiku
sesuatu, padahal ia tidak memberi apapun kepadaku?" Beliau menjawab,
"Orang yang pura-pura menerima sesuatu yang tidak diberikan kepadanya,
seperti orang yang mengenakan dua pakaian palsu."
Maksudnya,
kecemburuannya telah ia iringi dengan perbuatan bohong dan menipu diri
sendiri dan orang lain. Hal ini adalah perbuatan dosa.
Jika Bertengkar dengan Suami
Ada saatnya, di mana pasangan suami
istri diuji dengan ketidakcocokan satu sama lainnya dalam suatu hal.
Sebagai wanita shalihah, hendaklah selalu menjaga adab serta kesopanan
dalam berbicara ataupun bertingkah laku. Kehormatan suami sebagai
pimpinan keluarga tetap dijunjung tinggi. Rasulullah saw bersabda,
"Istri yang mau menerima sifat pemarah suaminya, akan diberi ganjaran
oleh Allah dengan ganjaran yang sama seperti yang diberikan kepada Asiah
binti Muzhahim (istri Firaun)." ( Kitab Biharul Anwar, 247).
Rasulullah saw. bersabda, "Bila
dua orang muslim tidak saling berbicara selama dua hari, maka keduanya
telah keluar dari Islam, dan tidak akan ada persahabatan yang tersisa
pada mereka. Dan salah seorang dari mereka yang mempunyai maksud untuk
berbaik kembali akan masuk surga lebih cepat daripada yang lainnya pada
hari Hisab." ( Biharul Anwar, 103).
Juga
sebagai seorang wanita shalihah hendaknya memahami dengan benar aturan
Allah dalam hal berselisih di antara suami istri. Jika perselisihan ini
disebabkan . nusyuz-nya istri, maka Allah memerintahkan beberapa jalan
yang harus ditempuh oleh suami dalam memperbaikinya. Yaitu dengan cara;
1. Memberi nasehat, atau 2. Berpisah tempat tidur, atau 3. Pukulan
(yang tidak menyakitkan). Peraturan ini telah diungkapkan oleh Allah
dalam firman-Nya: "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur, dan
pukullah mereka. " (An-Nisa: 34) .
Tentu
sebagai wanita shalihah, bila terjadi perselisihan, dan kesalahan di
pihak kita, maka cukup dengan nasehat. Lalu segera memperbaiki diri,
bertaubat dan beristighfar kepada Allah. Hendaklah jangan sekali-kali
terlontar ucapan kotor dan menyakitkan suami dari mulut kita.
Diriwayatkan bahwa Laqit bin Shabirah ra. bertanya kepada Nabi saw., "Ya
Rasulullah, aku mempunyai istri yang lisannya suka mengeluarkan
kata-kata yang tidak baik." Sabda beliau, "Ceraikanlah ia." Aku berkata,
"Aku mempunyai anak darinya dan aku telah hidup bersamanya lama
sekali." Sabda beliau, "Nasehatilah ia, jika ia mau menerima nasehat,
maka terimalah. Dan jangan kamu memukul istrimu sebagaimana kamu memukul
budak-budakmu." (AbuDawud).
Setia terhadap Suami
Bakti istri terhadap suami yang
selanjutnya adalah kesetiaan. Apapun keadaan suami, baik miskin, kaya,
sakit, sehat, ketika ada, ataupun tidak ada seorang wanita shalihah
tetap menjaga kesetiaannya terhadap suami. Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya setia dengan janji (termasuk akad nikah) adalah sebagian
dari iman." (Hakim, Baihaqi).
Nabi saw. bersabda, 'Tiga hal
tergolong kebahagiaan, yaitu: istri yang bila kau pandang menyenangkan,
apabila kau tinggal pergi engkau merasa yakin akan kesetiaannya. Dan
tiga hal yang tergolong kesengsaraan, yaitu: istri yang apabila engkau
pandang menjemukan, lisannya selalu mengumpatmu, dan jika engkau pergi
tidak merasa aman atas dirinya (khawatir khianat) ." (Hakim) .
Mengenai
hal ini ada suatu kisah, bahwa Aisyah ra. berkata, "Ketika ahlu Makkah
ditawari untuk menebus tawanan-tawanannya, diutuslah Zainab binti
Rasulullah saw. untuk menebus suaminya Abul 'Ash bin Rabi' dengan
hartanya. Dengan membawa kalung perhiasan milik ibunya Khadijah ra., ia
pun masuk membawa kalung itu untuk menebus Abul 'Ash. Ketika Nabi saw.
melihatnya, beliau sangat terharu, dan berkata, "Bagaimana pendapat
kalian jikalau ia dibebaskan dan tebusannya dikembalikan kepada Zainab."
Mereka menjawab, "Boleh." Maka Nabi saw. membawanya, dan menjanjikan
untuk membiarkan Zainab bertemu suaminya. Lalu Beliau saw. mengutus Zaid
bin Haritsah dan seorang Anshar sambil berkata, "Aku harap kalian terus
berada di Banu Yajuj hingga Zainab melewati kalian berdua." Akhirnya
mereka berdua mendampinginya dan datang bersama Zainab." (Abu Dawud) .
Panduan Berjima'/ Berhubungan Intim dengan Suami
Rasulullah saw. bersabda,
"Sebaik-baik
wanita di antara kalian ialah yang paling menjaga dan paling pandai
membangkitkan syahwat. Paling menjaga kemaluannya dan paling pandai
menggairahkan syahwat suaminya." (Dailami).
Yang paling menjaga maksudnya
adalah menjaga aurat serta kehormatannya dari lelaki yang bukan mahram.
Sedangkan Yang pandai menggairahkan syahwat' hanyalah ditujukan kepada
suaminya. Inilah istri yang paling baik. Yaitu pandai menggoda, pandai
menghibur, pandai merayu, pandai bersolek, dan berdandan di hadapan
suaminya. Rasulullah saw. bersabda kepada Jabir ra., "Alangkah baiknya
jika istrimu itu seorang gadis yang kamu dapat bermain-main dengannya
dan ia dapat bermain-main denganmu." (Bukhari, Muslim)
Anjuran yang utama bagi seorang
wanita shalihah dalam masalah jima' dengan suami adalah jangan
menunda-nunda jika suami mengajak berhubungan badan, apalagi menolaknya
ketika ia dalam keadaan sehat, karena menyegerakan keinginan suami dalam
urusan tempat tidur (Hubungan intim') adalah sangat besar pengaruhnya
dalam hubungan cinta kasih antara suami istri. Rasulullah saw. bersabda,
"Seorang wanita itu datang dalam bentuk syetan, maka ketika salah
seorang dari kalian melihat wanita yang memikatnya, segeralah mendatangi
istrinya, karena hal itu dapat meredam gejolak yang ada di dalam
dirinya." (Muslim).
Rasulullah saw. bersabda, "Allah melaknat istri yang suka berkata, “Nanti. nanti' (dalam memenuhi ajakan suaminya)." (Thabrani).
Panduan Berdandan Untuk Suami
Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah
seorang mukmin lebih mengambil manfaat setelah ketaqwaan kepada Allah
yang baik baginya, daripada istri shalihah. Jika diperintah ia taat,
jika suaminya melihatnya akan menyenangkannya." (Ibnu Majah).
Syaikh Abdul Halim Hamid
menasehati para istri, "Hendaklah sang istri menjadi ratu kecantikan dan
keindahan di rumahnya, membuat keridhaan Rabbnya dan menciptakan
kebahagian bagi suaminya." Islam mengajarkan wanita muslimah agar
berhias dan berdandan, memakai minyak wangi, bersolek, dan sebagainya.
Tetapi dengan catatan bahwa itu semua hanya ditujukan kepada suami. Dan
melarangnya, jika dilakukan untuk selain suami.
Ibnu Jauzi rah.a. menjelaskan
tentang berdandan seorang wanita di hadapan suaminya, katanya, "Setelah
usai penciptaan dan sempurna kebagusannya, ia dituntut untuk selalu
berada pada kondisi berhias dan bersih. Dengan menggunakan
perangkat-perangkat kosmetika, beragam pakaian, dan aneka model dandanan
yang cocok untuk selera suami." Sedangkan Syaikh Abdul Halim Hamid
memberikan beberapa nasehat untuk para istri dalam hal berdandan;
Hati-hatilah agar jangan sekali-kali pandangan suami jatuh pada sesuatu
yang dibencinya, seperti: kotoran dan bau yang tidak sedap atau
sifat-sifat yang menyebalkan. Bervariasilah dalam berdandan dan dalam
menggunakan parfum, karena dalam variasi ada kesegaran dan daya tarik.
Berupayalah memenuhi selera suami, meliputi: warna baju, jenis kain
serta modelnya, aroma parfum, model rambut, dan lain-lain dandanan
seperti celak dan pacar (pemerah kuku) .
Ada seorang wanita bertanya
kepada Aisyah ra. tentang pacar, maka ia menjawab, "Tidaklah mengapa,
tetapi saya tidak menyukai-nya karena kekasihku (Nabi saw.) dahulu
membenci baunya." (Abu Dawud, Nasa'i).
Di dalam Tathul Qadir'
disebutkan bahwa alim ulama berkata, "Berdandannya seorang wanita dan
mengharumkan tubuhnya dengan wewangian adalah faktor utama yang dapat
mengokohkan bangunan cinta kasih antar suami istri, dan dapat menjauhkan
perasaan benci dan enggan di antara mereka, karena mata dan hidung
adalah jendela hati. Darinyalah cinta keluar. Sedang jika (suami)
melihat pandangan yang menyebalkan atau sesuatu yang tidak disukai
olehnya, meliputi pakaian dan dandanan istrinya, maka hal itu akan
berkesan juga dalam hatinya, dan lahirlah rasa benci dan enggan pada
istrinya."
Seorang wanita shalihah juga
pandai dalam memilih waktu yang tepat untuk berhias dan memakai
wewangian agar dapat menarik dan memikat hati suami, di antaranya
adalah: (a) Pada waktu istirahat, (b) Pada waktu bercanda dan mengobrol
dengan suami, (c) Pada waktu anggota tubuh banyak dalam keadaan terbuka
(sebelum Shubuh, istirahat siang, dan setelah Isya), (d) Ketika akan
berjima' dengan suami.
Namun
jangan berhias dengan berlebihan. Seperti menggunakan uang terlalu
banyak untuk biaya berhias, memakan waktu berjam-jam untuk berhias, dan
sebagainya, karena hal tersebut termasuk dalam perbuatan mubadzir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar