SENTUHAN MESRA SAAT
BERDUA
Malam
kian larut dan diselimuti kegelapanTelah sekian lama kekasih tiada
kucumbu Demi Allah, bila tidak karena-Mu yang kuingat Niscaya
ranjang ini berguncang kerasTetapi wahai Tuhanku, rasa malu telah
menghalangiku Dan suamiku lebih muliauntuk kendaraannya diinjak orang
Suatu ketika saya
menerima surat dari sebuah kota di Jawa Tengah. Isinyaberupa keluhan sekaligus
pertanyaan. Seorang istri mengeluhkan, suaminya jarang sekali mengajak
berjima’. Padahal keinginan untuk dicumbu suamidemikian besar. Kadang ingin
bicara kepada suami agar memberi kehangatanpadanya, tapi tak tahu bagaimana
mengungkapkannya. Ia malu dan takut. Nah,apakah yang sebaiknya dilakukan oleh
seorang istri muslimah?Dari kota yang sama, ada lagi istri yang bermasalah.
Kalau yang pertamamengeluh setengah bertanya bagaimana suaminya agar lebih
sering mengajak jima’,maka akhwat kita ini berbeda lagi. Yang menjadi
kebingungannya justru bagaimanamenghadapi kemauan suami yang begitu tinggi.
Perut sudah besar karena usiakehamilan yang semakin bertambah, tetapi keinginan
suami untuk bermesraan danmelakukan jima’ tidak berkurang.
Salah hubungan seks
merupakan tema penting yang sering menjadipembahasan para ulama terdahulu. Ada
berbagai kitab karya ulama kita yang secaraluas mengupas berbagai segi
kehidupan seks antara suami dan istri, baik dalam satukitab tersendiri yang
membahas masalah hubungan seks secara rinci dan mendalammaupun sebagai bagian
dari pembahasan mengenai agama secara keseluruhan.Berbeda dengan berbagai agama
lain (juga interpretasi dari sebagian orang Islam yang belum banyak
menyelami ajaran Islam), hubungan seks suami-istri dipandangsebagai bagian dari
kesucian agama. Bahkan, Allah Swt. memberi pahala kepadasuami-istri yang
melakukan persetubuhan (jima’)
.Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Sesungguhnya seorang suami yang memandang
istrinya dan istrinya punmemandangnya (dengan syahwat), maka Allah akan
memandang dua insan tersebut dengan pandangan rahmat. Dan jika suami itu
memegang telapak tangan istrinyadengan maksud mencumbunya atau menjima’nya,
maka dosa-dosa kedua insan ituakan berjatuhan dari sela-sela jemarinya.”
(H.R. Maisarah bin Ali dan ImamRafi’i dari
Abu Said al-Khudri).
Sudah sama-sama dimaklumi, kata Ibnu
Qoyyim Al-Jauziyyah, bahwa cintaorang yang bisa merasakan sesuatu yang sesuai
dengan harapannya dan dia tidak sabar lagi untuk menikmatinya, lebih kuat
dari cinta orang yang belum merasakannya.Bahkan jiwanya akan tersapih
darinya.Cinta yang terjalin antara suami-istri dan cinta yang tumbuh setelah
merekabersetubuh, kata Ibnu Qoyyim lebih lanjut, lebih besar dari cinta
sebelumnya.Merupakan penyebab yang lazim jika nafsu hati bercampur dengan
kenikmatanpandangan mata. Jika mata sudah bisa memandang, maka hati semakin
bernafsu. Jikabadan beradu badan, maka nafsu hati, kenikmatan mata dan
kelezatan berkumpulmenjadi satu. Jika hal-hal itu tidak terpenuhi, maka
kerinduan akan semakinmenggelora, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah
syair:
“Kerinduan semakin melecut suatu
waktu jika jarak sebelumnya semakin berdekatan.”
Oleh karena itu, masih kata Ibnu Qoyyim,
penderitaan terasa semakin berlipatbagi orang yang pernah melihat kekasihnya
atau bersanding dengannya, lalu tiba-tibakeduanya harus berpisah. Penderitaan
wanita jauh lebih terasa jika pernah merasakanmadunya laki-laki, terlebih lagi
jika ia baru pertama itu merasakannya. Sehinggahampir-hampir dia tak kuasa
menahannya. Aiman bin Huzaim berkata:
“Tiada lagi resah saat bersanding wanitaresah
itu hadir saat berjauhan dengannya.”
Kebutuhan untuk memperoleh kehangatan dan
pelukan sayang dari kekasih,tampak lebih halus pada wanita. Kalau seorang
laki-laki cenderung lebih impulsif
(meskipun tidak sepenuhnya impulsif)
, maka wanita merasakannya dengan prosesyang
lebih mendalam. Ia merindukan dengan keterlibatan emosi yang penuh,
Kado Pernikahan184
sehingga ketika kekasih tercinta lama tak
mencumbu, dia akan sangat menderita.Kalau tak ada rasa takut kepada Allah dan
kesetiaan cinta kepada suami tercinta, tepiranjangnya bisa terguncang oleh laki-laki
lain.Inilah yang pernah ditakutkan oleh seorang wanita Arab ketika hatinya tak
kuatmenahan rindu untuk bercumbu dengan kekasih di atas ranjang yang suci. Di
saatmalam semakin sepi dan dingin, ia merintih di balik pintu rumahnya yang
terkuncirapat:
Malam kian larut dan
diselimuti kegelapanTelah sekian lama kekasih tak kucumbu Demi Allah,bila
tidak karena-Mu yang kuingat niscaya ranjang ini berguncang kerasTetapi
wahai Tuhanku,rasa malu telah menghalangiku Dan suamiku lebih muliauntuk
kendaraannya diinjak orang
Alangkah sepinya
malam kalau di saat mata akan terpejam, tak ada suami yangmengajaknya
berbicara. Kehangatan berdampingan dengannya akan menjadi bekukalau kekasih tak
pernah mencandai.Kelak ketika ia pernah mencicipi madu suaminya, jiwanya akan
tersapih kalausuami lama tak menyentuhnya. Malam-malam akan terasa panjang.
Hati gelisah tak menemukan ketenangan. Jari-jemari pun terasa dingin dan
kaku karena tak adakekasih yang mencumbu. Padahal telah ada suami yang wajib
memberi kehangatanseks padanya.Saya teringat kepada perkatan Hindun binti
Al-Muhallab. Kata Hindun,
“Saya tidak melihat sesuatu yang lebih
berharga bagi wanita yang baik maupun yang buruk selain perbuatan
mengikuti laki-laki yang bisa mendatangkan ketenangan bagidirinya. Berapa banyak
orang yang diharapkan bisa mendatangkan ketenangan, tapi justru tak ada
gunanya. Dalam keadaan seperti apapun ketenangan jauh
lebihdibutuhkan.” Jima’ dengan suami dapat melahirkan ketenangan pada jiwa
yang membutuhkan.Kebutuhan istri untuk berjima’ memang tidak seekspresif suami.
Istri juga relatif lebih mampu menahan gejolak seksnya. Berbeda dengan
suami yang cenderung lebihimpulsif dan tidak dapat menunda hasratnya. Ini
antara lain bisa kita lihat dari hadis-hadis yang memperingatkan istri agar tidak
menunda kebutuhan seks suami. Bahkanada hadis yang menyuruh seorang suami untuk
cepat-cepat pulang menemui istri danmengajaknya berjima’ ketika syahwatnya
tergoda saat melihat wanita di perjalanan. Tetapi hasrat istri yang tampak
lebih tenang itu lebih kuat pengaruhnya. Sebabketika sama-sama mencapai
kenikmatan puncak, istri merasakan kenikmatan yang jauh lebih besar
dibanding suami. Seorang istri bisa mencapai multi-orgasme (kenikmatan
puncak yang berulang-ulang) dalam satu kali jima’. Tetapi suami tidak bisa
demikian. Lebih jelasnya, nanti silakan periksa Mukhtarul Ahaadits. Ada
hadisyang menerangkan masalah ini.Sebagai tambahan, cukuplah penjelasan Ibnu
Umar sebagaimana disebutkan olehAth-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath
1. Kata Ibnu Umar,
“Kelebihan yang ada diantara kenikmatan
wanita dan kenikmatan laki-laki, bagaikan goresan jarum di debu. Hanya
saja Allah menutupi para wanita dengan rasa malu.”
Begitu dalamnya kenikmatan yang mampu
dicapai oleh seorang istri, sehinggadialah yang paling merasakan kerinduan
kalau berbulan-bulan tak ada kesempatanuntuk berjima’ dengan kekasih. Kata Ibnu
Qoyyim,
“Penderitaan wanita jauh lebihterasa jika
pernah merasakan madunya laki-laki, terlebih lagi jika dia baru pertamaitu
merasakannya.”
2 Tetapi
(segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna)
, Allah telah memberikeseimbangan. Allah
meletakkan dorongan untuk berhubungan seks pada diri seorangwanita sebagai
kebutuhan psikis, bersumber dari kedalaman perasaan dan emosinya.Ia merasakan
kebutuhan untuk berjima’ secara perlahan-lahan, tidak
meledak-ledak sebagaimana laki-laki sehingga harus segera dipenuhi
(sebagai gambaran Anda dapat membaca
hadis-hadis berkenaan dengan jima’)
Hanya dengan cara
inilahinsya-Allah kita memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan terdalam
hari kiamat. Begitu kita melihatnya sebagai kekurangan dan kelemahan, maka
terbukalah pintu kekecewaan kepada teman hidup kita.
Sekalipun demikian,
seorang suami tidak boleh mengabaikan kebutuhan istriuntuk memperoleh
kehangatan jima’. Jika istri harus memenuhi kebutuhan seks Andasekalipun ia
saat itu sedang memasak di dapur, maka istri pun mempunyai kebutuhanseks yang
harus dipenuhi oleh suami. Jumhur ulama’ menyatakan, melakukan jima’bagi
seorang suami hukumnya wajib, kecuali jika ada halangan.Ada perbedaan pendapat
soal rentang waktu yang dapat ditoleransi. Sebagianulama menyatakan paling lama
enam bulan sekali suami harus memenuhi kebutuhanistri untuk berjima’. Sebagian
lainnya berpendapat empat bulan sekali.
Kado Pernikahan185
Imam Ahmad berpendapat paling lama empat
bulan, karena Allah menentukanmasa ini untuk sahaya. Bila seorang suami pergi
dan tidak ada halangan untuk pulang,maka ia diberi waktu enam bulan. Ketika
Imam Ahmad ditanya, berapa lama seorangsuami boleh pergi meninggalkan istrinya,
Imam Ahmad menjawab enam bulan. Dankalau suami tidak mau pulang, maka hakim
memisahkan keduanya.Ibnu Hazm lebih ketat lagi. Kata Ibnu Hazm,
“Wajib seorang suami menjima’istrinya minimal
sekali setiap masa suci bila hal itu mampu dilakukan. Apabila
tidak demikian, maka ia telah bermaksiat kepada Allah SWT.”
Firman Allah:
“.... apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yangdiperintahkan Allah kepadamu....”
(QS Al-Baqarah: 222).
Bahkan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali,
menasehatkan agar suami menjima’istri empat hari sekali demi menjaga ketenangan
istri. Imam Al-Ghazali menulisdalam
Ihya’ ‘Ulumuddin
,
“Sebaiknya ia mendatangi istrinya sekali
setiap empat malam. Yang demikian itu lebih adil mengingat jumlah wanita
yang bolehdinikahinya sekaligus ialah empat orang. Karena itu, boleh saja ia
menundawaktunya sampai sebatas ini. Kendatipun demikian, hendaknya ia menambah
ataumengurangi sesuai dengan kebutuhan istri. Hal ini terutama mengingat bahwa
upayamembentengi istri dan gejolak nafsu syahwatnya merupakan kewajiban
seorangsuami.”
Jika seorang suami
melupakan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan seksistri sehingga istri
mengalami penderitaan batin yang panjang, keretakan rumah-tangga bisa terjadi.
Muhammad Abdul Halim Hamid mengingatkan, “Setiap amalyang diwajibkan Allah
pasti mengandung kebajikan yang banyak. Barang siapamenyia-nyiakannya, maka
akan datanglah berbagai musibah.”“Oleh karena itu,”kata Muhammad Abdul Halim
Hamid lebih jauh,“barangsiapa yang mengabaikan kewajiban jima’ akibatnya
berbahaya bagi istri. Iaakan merasa tertekan dan gelisah. Dengan demikian
berarti tak dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan.”Suami bisa jadi telah
jatuh ke dalam al-baghyu apabila ia menelantarkankebutuhan jima’ istrinya. Ia
berbuat sewenang-wenang dan zalim tanpa ia sadari.Padahal al-baghyu
termasuk perbuatan yang disegerakan siksanya
di dunia danakhirat. Wallahu A’lam bishawab. Astaghfirullahal ‘adzim.
Laki-laki dan Perempuan Memang Beda
Laki-laki dan perempuan memang beda. Allah
menciptakan perbedaan di antaramereka, termasuk dalam dorongan untuk berjima’.
Segala puji bagi Allah 'Azza wa Jalla
Tidaklah Dia
menciptakan perbedaan melainkan ada kebaikan di dalamnya.Maka, mudah-mudahan
kita termasuk yang memperoleh sebesar-besar kebaikan atasperbedaan tersebut.
Semoga mengantar kita kepada kebahagiaan dan kenikmatanyang penuh barakah fid
dunya wal akhirah
.Hasrat berjima’ pada laki-laki banyak
berkaitan dengan fisiologinya, berkenaandengan fungsi biologis fisiknya.
Penimbunan sel-sel sperma dan air mani dalamrongga air mani secara teratur,
merangsangnya untuk melakukan hubungan seks.Ketika rongga air mani penuh, maka
hasrat untuk berjima’ muncul dan butuh segerauntuk terpenuhi. Ia akan gelisah
jika tidak segera terpenuhi, misalnya karena istrimenunda-nunda ketika diajak
bercinta di atas tempat tidur.Berbeda dengan laki-laki, hasrat untuk berjima’
pada wanita lebih banyak bersumber dari kebutuhan psikisnya untuk
memperoleh kehangatan dan kemesraandari orang yang dicintainya. Secara fisik
tidak ada sesuatu yang menimbun sehinggamemunculkan dorongan untuk segera
melakukan jima’. Secara fisik tidak ada sesuatuyang memaksanya untuk berjima’
dan apabila tidak segera dipenuhi akanmengakibatkan kegelisahan. Birahinya
lebih banyak terbangkitkan oleh perasaan dankebutuhan psikisnya. Jika ia merasa
dicintai, dikagumi dan dihargai oleh suaminya,maka gairahnya dapat
terbangkitkan untuk secara fisik berhubungan intim dengannya.Tentu saja
penjelasan ini tidak cukup. Pembicaraan tentang sumber doronganberjima’ lebih
banyak berhubungan dengan sifat pemenuhan kebutuhan untuk berjima’ antara
suami dan istri. Laki-laki membutuhkan pemenuhan yang lebih segeradibanding
wanita. Perintah Rasulullah Saw. kepada suami untuk segera pulang danmengajak
istri-nya berjima’ ketika syahwatnya tergoda oleh wanita di jalan,
memberigambaran betapa pentingnya segera memenuhi kebutuhan seks bagi seorang
laki-laki.Insya-Allah yang demikian ini lebih maslahat.
Wallahu A’lam bishawab
.Barangkali berangkat dari sini, kita
mendapati perbedaan nasehat dariMuhammad Abdul Halim Hamid ketika berbicara
tentang jima’. Kepada suami,Abdul Halim mengingatkan bahwa ada kewajiban untuk
menjima’ istri, kemu-dianmenyebutkan rentang waktu paling lama seorang wanita
dapat menahan gejolak seksnya. Tetapi kepada istri, Ab-dul Halim
mengingatkan, hak suami yang ada padaistri adalah mendapatkan pemenuhan segera,
apabila istri diajak untuk itu
(jima’).Pemenuhan segera seorang istri atas
ajakan suaminya ini sesungguhnya dapatmenciptakan rasa bahagia baginya. Karena
dengan begitu seorang suami dapatmenjaga kehormatan dirinya, memenuhi kebutuhan
biologisnya, sekaligus melindungimasyarakat dari perbuatan kotor dan
munkar.”Rasulullah Saw. mengingatkan,
“Apabila seorang suami mengajak istrinya,maka
penuhilah segera meskipun ia sedang berada di dapur.”
(HR. Tirmidzi danIbnu Hibban).
Maha Suci Allah Yang Di Tangan-Nya terletak
rahasia penciptaan. Seorang laki-laki mudah terangsang gairah jima’nya dan bisa
segera melakukannya setelahmembayangkan sejenak tanpa memerlukan persiapan-persiapan
pendahuluan. Ia juga
Kado Pernikahan188
mudah terbangkitkan oleh kecantikan dan
kesegaran. Karena itu, jangan menceritakankecantikan seorang wanita kepada
suami Anda seolah-olah ia menyaksikan sendiri
(selengkapnya baca bab Biarlah Engkau yang
Tercantik Di Hatiku)
. Juga, janganmelupakan berhias untuk suami
Anda tersayang. Apalagi kalau sewaktu-waktu iaharus pulang mendadak, berikanlah
kecantikan, kesegaran dan kehangatan Anda yangpaling sempurna
(masih ingat Saat Tepat untuk Berhias, kan?)
.Maha Suci Allah. Jika seorang laki-laki
mudah terbangkitkan oleh kecantikandan kesegaran, maka seorang wanita baru akan
terangsang gairah jima’nya ketikasuami menge-cup dan mencumbunya dengan penuh
kecintaan.
Istri juga perlu mendengar kata-kata rayuan
dari suami agar gairahnya terbangkitkan, sehingga bartholin yang ada dalam farj-nya
menjadikan siap untuk didatangi. Inilah yang lebihpenting bagi seorang istri
--cumbu rayu-- daripada sekedar bertemunya dua khitan.Kata Imam Al-Ghazali,
“Dan hendaknya ia mendahuluinya dengan
rayuan, belaian,ciuman, dan sebagainya.”
Imam As-Suyuti mengingatkan para suami dengan
cara yang lebih lembut.Beliau mendo’akan:
Semoga Allah memberikan kemuliaan
dankeselamatan yang abadikepada mereka yang mengetahuicara yang baik untuk
menepuk pipi yang lembut,untuk membelai pinggang yang ramping,untuk
memasuki farj terindahdengan terampil!
Di sinilah kadang
timbul masalah. Suami merasa sudah melakukan hubunganseks, sementara istri baru
mulai bangkit gairahnya. Sehingga ketika suami mencapaikenikmatan puncak, istri
baru berada dalam perjalanan. Tak mudah menyesuaikandua karakter jima’ yang
berbeda. Tetapi Rasulullah Saw. telah memberi tuntunan,
“Apabila seorang dari kalian bersetubuh
dengan istrinya, hendaklahmenyempurnakannya. Apabila hajatnya telah selesai,
janganlah ia mempercepat (meninggalkan) istrinya itu hingga selesai pula
hajatnya.”
(HR. Abdur Razzaq danAbu Ya’la dari Anas).
Rasulullah Saw. juga mengingatkan:
“Apabila salah seorang dari kalian bersetubuh
dengan istrinya, janganlahmenyingkir hingga hajat istrinya selesai sebagaimana
ia senang selesai (dengan)hajatnya.”
(HR. Ibnu ‘Adiy dari Ibnu Abbas).
Ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki bisa mencapai orgasmedalam waktu 5 atau 10 menit. Sementara wanita
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa mencapai puncak kenikmatan. Dalam
perbedaan inilah ada kesempatanuntuk saling belajar, saling menerima, saling
memaafkan sekaligus ada ladang amalshalih di dalamnya. Tanpa itu, yang muncul
hanyalah keretakan dan ketegangan-ketegangan psikis. Ego yang paling nampak.O
ya, hampir lupa. Sekalipun dorongan berjima’ pada wanita lebih berakar
padakebutuhan psikis, tetapi perubahan-perubahan hormonal karena adanya
menstruasisetiap bulan juga mempengaruhi. Dari pasang surutnya perubahan yang
sering iaalami selama menstruasi, kadang wanita merasakan gairah yang sangat
kuat untuk melakukan hubungan seksual hingga mencapai puncak kenikmatan.
Tetapi kadang-kadang keinginannya untuk berjima’ sangat lemah. Kedua hal ini
bisa berlangsungselama beberapa hari, bisa juga hanya sebentar.
‘Alaa kulli hal
, perbedaan antara laki-laki dan perempuan
memang ada.Perbedaan itu tidak menunjukkan kelemahan di satu pihak, dan
kelebihan di pihak lain. Perbedaan itu tidak berarti kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Allah Swt. telahmenciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Ia
ciptakan perbedaan sebagaikesempurnaan dan jalan untuk mencapai barakah yang
paling besar. Hanya dengancara inilah insya-Allah kita memperoleh ketenteraman
dan kebahagiaan terdalamhingga kelak di
yaumil-qiyamah
. Begitu kita melihatnya sebagai kekurangan
dankelemahan, maka terbukalah pintu kekecewaan kepada teman hidup kita.
Terbukalahpintu untuk merasa lebih tinggi dan paling banyak berbuat. Ini akan
mempersempitpintu
sakinah, mawaddah wa rahmah
.Maha Besar Allah yang telah menciptakan
perbedaan. Tidaklah Allahmenciptakan segala sesuatu
(termasuk karakter seks yang berbeda)
dengan sia-sia.Maha Suci Allah, semoga kita
dijauhkan dari siksa api neraka.Tak ada cela dalam perbedaan yang diciptakan
Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mensyukuri dan meraih
kebahagiaan tertinggi di samping-Nya.Semoga barakah dan diridhai Allah setiap
jima’ kita. Allahumma amin.
Mandi Jinabah
Seorang wanita pernah bercerita, masalah yang
kadang membuatnya malasmelayani keinginan suami adalah mandi wajib sesudah
jima’. Kadang-kadang iadihinggapi rasa enggan kalau harus mengurai rambut dan
membersihkannya denganshampoo. Belum lagi rambut tidak mudah kering. Sehingga
ketika suami mengajak berjima’, kadang muncul gejala mual-mual serasa mau
muntah (nausea).Munculnya nausea (mual-mual) atau bahkan muntah (vomiting),
sebenarnyamerupakan reaksi psikis akibat keengganan terhadap sesuatu yang
berhubungandengan jima’. Keengganan untuk mengurai rambut dan mengeramasi
sesudahmelakukan jima’, merupakan salah satu perkara yang bisa memunculkan nausea
.
Kado Pernikahan190
Wajar memang jika sebagian wanita mengalami
masalah ini. Apalagi kalausuaminya termasuk laki-laki yang tinggi kebutuhan
jima’nya, sehingga istri harusmandi wajib setiap hari atau bahkan dua kali
sehari. Tetapi ini sebenarnya tidak perluterjadi andaikan ia mengetahui bahwa
Islam memberikan keringanan terhadapmasalah ini.Mandi junub sehabis jima’ wajib
dilakukan oleh wanita, sebagaimana ia wajibmandi ketika haid atau nifasnya
selesai. Tetapi Anda tidak harus membuka danmengurai rambut ketika mandi wajib
sehabis jima’. Allah dan Rasul-Nya telahmeringankan Anda. Dandanan rambut Anda
yang indah tidak perlu Anda acak-acak dengan mengeramasi, kecuali jika
Anda memang ingin keramas. Cukuplahmenuangkan air di atas kepala Anda tiga kali
Khath Arab
Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah,
saya seorang perempuan yangberambut panjang dan bersanggul. Apakah saya harus
membuka (mengurai) rambutsaya yang disanggul untuk mandi haid dan janabat?”
Rasulullah Saw. menjawab,
“Tidak, cukup bagimu menuangkan air di atas
kepalamu tiga kali cidukan, kemudiansiramlah badanmu dengan air. Dengan begitu
engkau telah bersih.”
(HR. Muslim).
Mandi junub sebaiknya disegerakan. Tetapi
jika malam terlalu dingin atau tanganterlalu berat untuk melepas kehangatan,
Anda bisa menunda mandi jinabah. CukuplahAnda berwudhu seperti wudhu untuk
shalat sebelum Anda tidur. Nanti sesudahbangun, Anda bisa melakukan mandi junub
sendirian atau bersama suami dalam satubak mandi. Jadi, Anda mandi junub
sekaligus mandi pagi.Ibnu Umar pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,
“Bolehkah salah seorangdari kami tidur dalam
keadaan junub (hadas besar)?”
“Ya,”
jawab beliau,
“jika ia telah berwudhu.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Riwayat lain bahkan meringankan ketentuan
ini, sehingga seseorang bisa tidursehabis berjima’ tanpa melakukan wudhu
terlebih dulu. Hal ini berdasarkanketerangan Aisyah r.a. sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Tirmidzi danIbnu Majah bahwa
“adakalanya Rasulullah Saw. tidur dalam
keadaan junub sebelumbeliau menyentuh air.”
Alhasil, janganlah kewajiban mandi
junub membuat Anda enggan melayanikeinginan suami untuk bercinta di atas tempat
tidur, setelah mengetahui kemudahanyang diberikan Islam.
Semoga sesudah ini tak ada masalah karena
keengganan mandi junub. Adapunkalau Anda tidak berat dan tidak ada kesulitan,
Anda bisa menyegerakan mandi junub.Box. 6.1.
Kaifiyah Mandi Wajib
Ada beberapa hadis yang menerangkan
mengenai
kaifiyah
(tata cara)mandi wajib. Ibnu Syaibah
meriwayatkan sebuah hadis,
“Bukalah rambutmudan mandilah, yakni dalam
haid.”
Hadis ini juga ditakhrij oleh Ibnu Majah dari
jalur Ibnu Syaibah dan Alibin Muhammad. Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
hadis inisanadnya shahih menurut syarat Asy-Syaikhani. Menurut keduanya,
kataSyaikh Al-Albani dalam
Silsilah Hadis Shahih
, hadis ini berkaitan dengankisah 'Aisyah
sewaktu haid dalam haji Wada’ dan Nabi Saw. berkatakepadanya,
“Bukalah kepalamu, sisirlah, dan tahanlah
dari umrahmu!”
Hadis ini tidak bertentangan dengan hadis
yang diriwayatkan oleh AbuZubair dari Ubaid bin Umair yang menceritakan: Telah
sampai kepada ‘Aisyahbahwa Abdullah bin Amr memerintahkan kaum wanita ketika
mandi supayamembuka kepalanya. Maka Aisyah berkata, “Alangkah mengherankan
sekaliIbnu Amr ini. Ia memerintahkan agar mereka mencukur rambut
kepalanya?Sesungguhnya aku biasa mandi dengan Rasulullah dari satu bejana dan
akutidak menambah siraman atas kepalaku dengan tiga siraman.”Hadis ini
ditakhrij oleh Imam Muslim, Ibnu Abi Syaibah, Al-Baihaqi sertaImam Ahmad.
Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, antarakedua hadis di atas tidak
ada pertentangan karena dua hal sebagai berikut:
Pertama
, hadis pertama lebih shahih daripada hadis
yang belakangan. Karenahadis yang belakangan ini meskipun ditakhrij oleh Imam
Muslim, tetapi AbuZubair adalah
mudallis
.
Kedua
, hadis yang pertama berlaku untuk kasus
haid. Sedangkan hadisyang belakangan ini berlaku untuk kasus jinabat (mandi
junub), sehinggakeduanya bisa dikompromikan. Jadi dikatakan wajib membuka
(rambut)sewaktu haid, bukan mandi junub. Demikian menurut Imam Ahmad dan
ulamasalaf lain.
“Penyatuan ini adalah lebih tepat,”
kata Syaikh Al-Albanimenambahkan.
Kado Pernikahan192
Istri juga memiliki kebutuhan
Telah kita bicarakan bahwa suami mempunyai
kewajiban untuk berhubunganseks dengan istri, termasuk mengenai batas waktu
minimal yang dapat ditoleransi.Suami harus memperhatikan bahwa istri juga
mempunyai kebutuhan untuk bersetubuh. Sekarang kita akan membicarakan
kembali masalah ini. Tetapi kita tidak membicarakan masalah ini dalam
kedudukannya sebagai kewajiban. Ada sesuatuyang lain ketika suami-istri
melakukan jima’. Ada sedekah pada hati yangmerindukan ketika suami mengajak
istrinya bersetubuh.Ketika jiwa terlalu lama menantikan belaian cinta dari
suami, air mata bisamengalir karena tidak kuat menahan rasa sepi yang mencekam.
Sementara tidak adakekasih yang menguak hasratnya.Inilah yang pernah
diceritakan oleh Al-Abbas bin Hi-syam Al-Kalby. Iamenuturkan bahwa Abdul-Malik
bin Marwan mengirim pasukan perang ke Yamandan mereka menetap di sana hingga
beberapa tahun lamanya. Suatu malam ketikasedang berada di Damaskus,
Abdul-Malik bin Marwan berkata, “Demi Allah, malamini saya akan menelusuri kota
Damaskus untuk mendengar apa komentar orang-orangtentang pasukan yang kukirim
untuk berperang yang terdiri dari kaum laki-laki,hingga harta mereka menjadi
melimpah.”Tatkala sedang berada di sebuah lorong, tiba-tiba Abdul-Malik bin
Marwanmendengar suara wanita yang sedang mendirikan shalat. Dia mencuri dengar.
Ketikawanita itu beranjak ke tempat tidurnya, ia berkata, “Ya Allah yang telah
menjalankanonta-onta yang cantik, menurunkan kitab-kitab dan menganugerahkan
keinginan, akumemohon kepada-Mu untuk mengembalikan suami yang saat ini tidak
ada disampingku, sehingga dia bisa menguak hasratku dan aku menjadi senang
karenanya.Aku memohon kepada-Mu agar Engkau menetapkan keputusan antara diriku
danAbdul-Malik bin Marwan yang telah memisahkan kami.”Lalu wanita itu berucap:
Malam ini terasa panjang denganair mata
yang mengalir hatiku terasa kelu karena derita yang menderaKutahan derita
malam ini sambilmenghitung bintangcinta membuat hati terasa
terpotong-potong jika di sana ada bintang yang menghilangmataku berpendar
mencaribintang yang datangseandainya tidak kuingat jalinan
di antara kamiakan kudapatkan hati
inimemberontak tak terkendaliSetiap kekasih tentu mengingat
kekasihnya pertemuan setiap hari yang diharapkannyaYa Allah,
ringankanlahkerinduan yang menderado’a dipanjatkan dan Engkau
mendengarnyakupanjatkan sepotong do’a setiap waktukarena keinginan
yangmenyeruak di dalam diriku
Abdul-Malik bertanya pada pengawalnya,
“Tahukah kamu, rumah siapakah ini?”“Ya, saya tahu. Ini adalah rumah Yazid bin
Sinan.”“Siapakah wanita yang berada di dalamnya?”“Istrinya.”Ada yang bisa kita
petik dari kisah ini. Kerinduan yang tak menemukanmuaranya, dapat menjadikan
hati ingin memberontak. Kalau saja tak ada iman yangdipegang dan jalinan yang
diingat, cinta yang ada di hati bisa terguncang. Dan ini bisamembawa kepada
fitnah yang besar.Benarlah kata-kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Menurut Ibnu
Qayyim,persetubuhan yang dihalalkan bisa menambah cinta, jika memang hal itu
dikehendakiorang yang dicintai.
“Jika dia sudah mencicipi kenikmatan
percintaan dan persetubuhan,”
kata Ibnu Qayyim menambahkan,
“keinginannya untuk merasakanlagi justru
semakin menggebu, jauh lebih menggebu daripada sebelum diamerasakannya.”
Hal semacam ini juga terjadi pada istri.
Apalagi Allah telah memberinyadorongan syahwat yang jauh lebih besar dibanding
laki-laki. Hanya Allah telahmenutupinya dengan rasa malu.Di sinilah perlu
komunikasi yang baik antara suami dan istri. Kalau suami sudahlama tidak
menyentuh Anda, maka Anda dapat mengingatkannya agar memberikankehangatan di
atas tempat tidur. Anda bisa mengingatkan secara langsung denganmengungkapkan
keinginan Anda. Bisa juga menyampaikan secara halus. Jika dimasa-masa pengantin
baru Anda berdua bisa membentuk ungkapan yang baik untuk menyatakan keinginan
berjima’, insya-Allah akan lebih baik. Tetapi, tentu saja
Kado Pernikahan194
banyak cara yang bisa Anda pakai agar lebih
menyentuh perasaannya sehingga iasemakin sayang. Bukan tersinggung.
Wallahu A’lam bishawab. Astaghfirullahal
‘adzim
.Insya-Allah Tuhan Yang Maha Pengasih akan
mencatat apa yang Anda lakukansebagai kebaikan jika Anda mengingatkan suami
karena ingin mencegahnya darikesalahan. Mencegahnya agar tidak melalaikan
kewajiban untuk memuaskan gejolak syahwat Anda. Juga mencegah agar diri
Anda tidak terjatuh ke dalam perbuatan dosakarena kurangnya sentuhan suami.
Wallahu A’lam bishawab
.Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Tidak diperbolehkan bagi seorang istri
memasukkan seseorang yang tidak disukai suaminya ke dalam rumah-tangganya
....
Ia tidak boleh menolak suaminya ditempat
tidur. Ia tidak boleh mendiamkannya. Jika suami bersalah, istri bolehmenegurnya
hingga ia merasa puas. Jika suami menerima tegurannya dengan baik dan
benar, maka tegurannya itu akan diterima oleh Allah, sedang jika suami
tidak suka pada teguran istrinya, maka tegurannya itu tetap akan diterima
oleh Allahbagaimanapun juga.”
(HR. Al-Hakim).
Ketika mengingatkan suami agar mendatangi
istri empat hari sekali, Imam Al-Ghazali menulis, “Kendatipun demikian
hendaknya ia menambah atau mengurangisesuai dengan kebutuhan istri. Hal ini
terutama mengingat bahwa upaya membentengiistri dari gejolak nafsu syahwatnya
merupakan kewajiban seorang suami.”Tetapi tidak setiap suami dapat menangkap
keinginan istri, sekalipun istri sudahmenunjukkan secara samar hasratnya untuk
berjima’. Apalagi kalau istri tidak menampakkan tanda-tanda keinginannya.
Karena itu istri perlu menyampaikankerinduannya
(selain dengan membangkitkan gairah suami)
jika tidak adanya jima’dapat membuatnya
kecewa dan frustasi. Hal ini untuk membentengi iman danmenjaga kehormatan
kemaluan. Insya-Allah ini merupakan sikap yang mulia.
4
Peringatan Ruqayyah Waris Maqsood tentang
masalah ini patut diperhatikan.Kata Ruqayyah, “Jika seorang laki-laki
bersikeras menolak untuk mengabulkanpermohonan istrinya untuk diberi perhatian,
ia harus menyadari bahwa nantinya dihari pengadilan ia akan mendapatkan
pertanyaan yang sulit dijawab. Buku catatannyaakan dibuka untuk mengungkapkan
segala perbuatannya, betapa pun memalukannyaitu! Mungkin ia telah merasa
sebagai Muslim yang terbaik, tanpa menyadarikebenaran nasehat dari ajaran
Rasulullah Saw.:
“Yang terbaik di antara kalian
adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya.”
Bayangkanlah kekagetannya pada akhirkehidupan
agama de-ngan shalat dan perbuatan baik, ketika mendapati bahwasebenarnya Anda
telah bersalah dengan bersikap kejam terhadap istri di tahun-tahunitu, dan kini
dipanggil untuk mempertanggungjawabkannya!”Kalau seorang suami datang
memberikan kehangatan seksual kepada istri
(begitu pula istri kepada suami)
maka Allah mencatatkan pahala sedekah bagi
mereka.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Dalam hubungan intim yang kamu lakukan di
antarakamu ada sedekah.”
Para sahabat menanggapi, “Wahai Rasulullah,
ketika salah seorang di antarakami memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan
mendapat pahala untuk itu?”Dan Beliau menjawab,
“Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia
melakukannyasecara tidak sah ia akan mendapat dosa? Dengan demikian, jika ia
melakukannyasecara sah, ia akan mendapat pahala.”
(HR. Muslim).
Hadis ini, kata Ruqayyah Waris Maqsood,
hanya berarti jika perbuatan seksualdilakukan jauh di atas tingkat hewani
semata-mata. Apakah hal menakjubkan yangmengubah seks menjadi sedekah, yang
menjadikannya sebagai masalah pahala ataudosa dari Allah? Yaitu dengan
menjadikan kehidupan seks seseorang lebih darisekedar hubungan fisik biasa;
yaitu dengan niatan untuk mendapat ridha Allah dengancara bersikap perhatian
terhadap pasangannya. Seorang suami yang tak dapatmemahami hal ini tidak akan
mendapatkan penghormatan dari istrinya.
Wallahu A’lam bishawab
.Tak selalu mudah memahami apa yang disukai
istri ketika berjima’. Kadang adasuami yang merasa sudah memuaskan kebutuhan
jima’ istrinya, tetapi istri tidak merasakannya. Hal ini antara lain
disebabkan oleh perbedaan karakteristik seks antaralaki-laki dan perempuan
sebagaimana kita sebut terdahulu. Bagi laki-laki, jima’ lebihberpusat pada
bertemunya dua kemaluan. Padahal bagi wanita, itu “hanyalah”pelengkap ketika
farji sudah siap untuk menerima. Artinya, perlu ada yang lain, yaitupercumbuan
dan ungkapan kata-kata cinta yang merayu dari suaminya.Dalam hal ini istri
perlu membantu suami agar dapat memberikan kepuasanpadanya. Kalau ada
bagian-bagian tertentu tubuhnya yang terasa sakit atau risihketika diusap atau
dibelai-belai, ia perlu mengemukakan kepada suaminya
(kecuali yang ia bisa belajar menikmati)
. Ia bisa menunjukkan bagian mana yang ia
merasapaling senang kalau dicumbu suaminya, sehingga ia memperoleh kenikmatan.
Ia perlumenyampaikan hal-hal semacam ini dengan cara yang tepat agar suami
dapatmenerima dan memperbaiki diri. Bukan merasa tidak mampu.Selebihnya, adalah
kesediaan untuk saling menerima dan memaafkankekurangan-kekurangan yang ada
pada kekasihnya.Ada hal lain. Istri bukanlah seonggok bantal guling yang dingin
dan kaku ketikaberjima’. Ia juga perlu berperan untuk menjadikan jima’ lebih
indah. Gairahkanlahsuami Anda, antara lain dengan menunjukkan gairah Anda
kepadanya di atas tempattidur. Kata Ibnu Qutaybah,
“Semakin besar gairah seorang wanita, semakin
besar pula gairah laki-laki padanya.”
Kalau Anda pandai membangkitkan gairahnya,
insya-Allah ia akan lebih tertarik untuk mencumbu Anda. Ia akan lebih
mampu menjadikan Anda terangsang, karenaketika semangatnya tumbuh, ia akan
lebih mudah menyatakan perasaan cintanyakepada Anda. Tangannya akan lebih
ringan untuk membelai dan bermain-main
Kado Pernikahan196
dengan Anda (sementara Anda butuh permainan
pendahuluan untuk bisa terangsang).Insya-Allah yang demikian akan menjadikan
Allah ridha dan memandang Andaberdua dengan pandangan rahmat.Berkenaan dengan
ini, marilah kita ingat kembali nasehat Rasulullah Saw.
(semoga kita tetap bershalawat kepadanya)
. Kata Rasulullah Saw.,
“Sebaik-baik istrikamu ialah yang menjaga
diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) kerasmenjaga kehormatan
kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.”
(HR. Dailami
dari
Anas r.a.).
Sebaliknya, seorang suami hendaknya juga
memperhatikan agar tidak terburu-buru ketika melakukan persetubuhan. Hendaknya
ia mengajak istrinya bermain dulu.Jangan langsung menyenggamainya karena ini
akan menyakitkan istri. Sakit secarafisik karena
bartholin
yang ada dalam vaginanya belum mengeluarkan
pelumas.
5
Sakit secara psikis karena kecewa dan
frustasi. Apalagi kalau suami segerameninggalkan istri sesudah berjima’,
padahal istri baru terangsang saat itu.Kecuplah istri Anda untuk mengawali
jima’. Ciuman yang penuh kerinduan akanmembangkitkan birahi wanita. Banyak
wanita yang merasa senang ketika beberapabagian tubuhnya dicium agak lama.
Wanita juga lebih mudah terangsang apabilasuami memberikan belaian yang hangat
sebelum menjima’. Klitoris
(al-badhar)
termasuk bagian yang sensitif.Berkenaan
dengan ciuman ini, Imam Al-Zabidi menasehatkan,
“Ciuman ini tidak hanya mencakup pipi
dan bibir saja, tetapi suami harus membelai dada serta semuabagian tubuh
istrinya.”
Ciuman, cumbuan, dan kata-kata cinta
insya-Allah bisa mengantar istri Andauntuk mencapai kenikmatan puncak,
disamping Anda sendiri insya-Allah akanmerasakan kenikmatan yang lebih indah.
Ciuman tidak hanya ke pipi dan bibir.Genggaman tidak hanya pada pergelangan
tangannya.Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah pernah menasehatkan agar persetubuhan
bisamencapai puncak kenikmatan. Kata Ibnu Qayyim, “Mata memperoleh
kenikmatandengan memandang kekasih, telinga mendengar perkataannya, hidung
menciumaromanya, mulut mengecupnya dan tangan mengelusnya. Setiap anggota
badanmendapat bagian kenikmatan yang dituntutnya. Jika ada satu anggota badan
tidak mendapatkan bagiannya, maka jiwa terus akan menuntutnya dan tidak
merasa tenangkecuali setelah mendapatkannya. Maka dari itu wanita juga disebut
sakan
(ketenteraman), karena jiwa merasa
tenteram jika bersanding dengannya. Allah Swt.berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untuk kalianistri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya
kalian merasa cenderung dan merasatenteram kepadanya.”
(Ar-Ruum: 21).
”
“Maka dari itu,” kata Ibnu Qayyim
menambahkan, “Allah melebihkan jima’pada siang hari daripada jima’ pada malam hari,
karena alasan yang sifatnya naluri,
yaitu karena biasanya indera menjadi pasif
pada malam hari dan menuntut untuk diistirahatkan.”Pendapat senada juga
dikemukakan oleh Ruqayyah Waris Maqsood. Ia menulis,“Baik untuk diingat bahwa
dalam beberapa masyarakat Islam, waktu terbaik untuk seks bukanlah pada
malam hari tetapi pada waktu istirahat siang hari. Ia tak mudahdilakukan kalau
Anda bekerja sejak pagi hingga sore hari! Tetapi mungkin sesekali,Anda bisa
masuk kamar satu jam lebih awal dari biasanya. Adalah hal yangmenyebalkan bagi
seorang istri jika satu-satunya perhatian yang diterimanya
adalah“pemberitahuan” yang tiba-tiba tentang keinginan seks suaminya.”Tetapi
sebagian ulama berpendapat lain. Jima’ sebaik-nya dilakukan pada malamhari,
apalagi bagi pengantin yang baru pertama kali melakukan “tugas sakralnya”.Lepas
dari itu tidak ada batasan kapan suami-istri melakukan jima’, kecuali
laranganberjima’ di siang hari pada bulan Ramadhan. Petunjuk-petunjuk dari
As-Sunnah lebihmenekankan pemenuhan segera ketika suami bangkit nafsu
syahwatnya, serta tidak cepat-cepat menyudahi agar istri juga bisa ikut
merasakan kenikmatan hubunganintim.
Wallahu A’lam.
---Pembahasan lebih rinci mengenai
bagaimana mencumbu istri, melakukan jima’serta berbagai hal yang berhubungan
dengan itu, dapat Anda periksa di berbagaisumber. Literatur keislaman telah
kaya dengan pembahasan mengenai masalah ini,meskipun ada yang lebih tepat
disebut seksologi Arab daripada Islam. Tetapipembahasan yang telah disumbangkan
melalui literatur klasik telah memberisumbangan yang sangat
berharga.Pengajian-pengajian di pesantren atau lingkungan yang berdekatan
denganpesantren, sering mengambil masalah ini sebagai pembahasan rutin.
Sebagian daerahdi Jombang misalnya, mengadakan pengajian dengan tema ini setiap
sore selamabulan Ramadhan.
Maka Dalam Jima’ Ada Kemuliaan
Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu
biasa memaksakan dirinya berjima’.
Iamenuturkan,
“Sungguh aku memaksakan diri bersetubuh
dengan harapan Allah akanmengaruniakan dariku makhluk yang akan bertasbih dan
mengingat-Nya.”Tasabbub
(membuat sebab) atau jima’ dalam rangka ingin
mempunyai anak,merupakan tindakan yang disukai Allah. Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu
merupakan salah satu contoh. Ia seorang
sahabat utama Rasulullah Saw.. Ia
Kado Pernikahan198
ber
tasabbub
disebabkan oleh keinginan untuk mempunyai
anak yang bertasbih danmengingat-Nya.Syaikh Muhammad bin Umar An-Nawawi
Al-Bantani menjelaskan, melakukan jima’ dengan upaya melahirkan keturunan
merupakan bentuk pendekatan kepadaAllah dari empat segi, yaitu:1.
Menegakkan
mahabbah
(kecintaan) kepada Allah dalam upaya
melahirkanketurunan dengan maksud melestarikan keberadaan manusia.2.
Mencari kecintaan Rasulullah Saw. sebab
memperbanyak keturunan merupakankebanggaannya.3.
Mencari ke
barakah
an dengan do’a anak shalih pada saat kedua
orangtuanyameninggal dunia.4.
Mencari
syafa’at
(pertolongan) dengan meninggalnya anak yang
masih kecil bagikedua orangtuanya.Di satu sisi, kemampuan untuk melaksanakan
kebaikan yang disengaja, insya-Allah telah memberikan kebahagiaan tersendiri,
di luar kenyataan bahwa Allahmemang telah menyediakan kebahagiaan ketika
suami-istri berjima’. Dorongan untuk mencapai kebaikan dapat menumbuhkan
perasaan yang baik ketika bisamelaksanakan. Barangkali inilah sebabnya keluarga
yang memiliki satu misi sucirelatif tak terdengar keluhannya dalam masalah ini
(semoga Allah menanamkan misidalam hati kita
dan keluarga kita. Allahumma amin)
.Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis, “Dalam
jima’ terdapat puncak kenikmatan,puncak kasih-sayang terhadap kekasih tercinta,
pahala, shadaqah, kesenangan jiwa,hilangnya pikiran-pikiran yang kotor,
hilangnya ketegangan, badan terasa ringan danbertambah sehat dan bisa
melampiaskan cumbuan. Jika jima’ itu sengaja dilakukanuntuk suatu kebaikan,
melampiaskan kasih-sayang, kerinduan, kesenangan danmengharapkan pahala, maka
itulah kenikmatan yang tidak bisa ditandingi kenikmatanmacam apa pun. Terlebih
lagi jika persetubuhan itu dilakukan hingga mencapaipuncak orgasme.”Alhasil,
ada dua kenikmatan yang insya-Allah kita cerap saat berjima’ kalau niatkita
baik. Paling tidak, ada satu kenikmatan yang kita reguk jika persetubuhan
tak sempat mencapai orgasme. Masalahnya, apakah niat kita sudah baik? Ini
yang sayatidak berani menjawab.
MENGGAIRAHKAN SUAMI
Dalam sebuah seminar kemuslimahan di
Yogyakarta, seorang pesertamenyampaikan masalahnya. Setiap suami menginginkan,
ia selalu melayani. Tetapiketika ia menghendaki kemesraan, suami sering tidak
siap untuk berjima’. Alhasil ia
harus memendam kekecewaan dan kejengkelan
karena suami tidak memberikehangatan yang ia minta. Padahal ia sangat
membutuhkan.Laki-laki dan perempuan memang berbeda karakteristik seksnya.
Seorangperempuan bisa melayani keinginan syahwat suaminya kapan saja, sekalipun
ia tidak siap. Ekstremnya, ketika sedang tidak memiliki gairah syahwat pun
perempuan bisamelakukan jima’ dengan suaminya. Tetapi tidak demikian dengan
laki-laki. Secarafisik, hanya dalam keadaan tertentu ia bisa memenuhi hasrat
istrinya. Dan ini banyak dipengaruhi oleh kondisi psikis.---
"Tidak ada yang lebih
menjamin kebahagiaan hidup berumah tangga, dan tidak ada yang lebih
menjaminutuhnya kejantanan dan keikhlasan suami, daripada pengalaman dan
pengetahuan istri mengenai seni bercinta...." Demikian kata
Al-Khasyat
.---
Potensi seks suami memang merupakan masalah
umum suami-istri. Tidak lamasetelah menikah, seorang ikhwan pernah bertanya
kepada saya jamu atau ramuan apayang dapat menguatkan syahwatnya ketika bersama
istri. Secara berseloroh sayasempat menyebutkan bumbu masakan yang dapat
menguatkan syahwat. Konon begitukabarnya. Ada juga pil yang menguatkan sesuatu
yang ada pada suami. Tetapi diantara pil kuat atau obat perangsang, ada yang
secara jangka panjang berdampak negatif, antara lain terhadap ginjal. Di
samping itu, bisa secara langsungmengakibatkan lemahnya kesanggupan seks suami
setelah sekian lamamengkonsumsi.Sebenarnya, insya-Allah suami tidak perlu
menggunakan pil jika istri mampumembangkitkan gairah suami. Kata Ibnu Qutaybah,
“Semakin besar gairah seorangwanita, semakin
besar pula gairah laki-laki kepadanya.”
Menurut riwayat, Rasulullah Saw. juga pernah
bersabda tentang masalah ini.Kata Rasulullah,
“Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga
diri lagi pandaimembangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan
kemaluannya, pandaimembangkitkan syahwat suaminya.”
(HR. Dailami dari Anas r.a.).
Berkenaan dengan masalah ini, ada
baiknya kita mendengar kisah Abdullah binRabi’ah. Dia adalah orang yang
terkenal di kalangan orang-orang Quraisy sebagai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar