Selasa, 03 Juni 2014

SENTUHAN MESRA SAAT BERDUA



SENTUHAN MESRA SAAT BERDUA

            Malam kian larut dan diselimuti kegelapanTelah sekian lama kekasih tiada kucumbu Demi Allah, bila tidak karena-Mu yang kuingat  Niscaya ranjang ini berguncang kerasTetapi wahai Tuhanku, rasa malu telah menghalangiku Dan suamiku lebih muliauntuk kendaraannya diinjak orang

Suatu ketika saya menerima surat dari sebuah kota di Jawa Tengah. Isinyaberupa keluhan sekaligus pertanyaan. Seorang istri mengeluhkan, suaminya jarang sekali mengajak berjima’. Padahal keinginan untuk dicumbu suamidemikian besar. Kadang ingin bicara kepada suami agar memberi kehangatanpadanya, tapi tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Ia malu dan takut. Nah,apakah yang sebaiknya dilakukan oleh seorang istri muslimah?Dari kota yang sama, ada lagi istri yang bermasalah. Kalau yang pertamamengeluh setengah bertanya bagaimana suaminya agar lebih sering mengajak jima’,maka akhwat kita ini berbeda lagi. Yang menjadi kebingungannya justru bagaimanamenghadapi kemauan suami yang begitu tinggi. Perut sudah besar karena usiakehamilan yang semakin bertambah, tetapi keinginan suami untuk bermesraan danmelakukan jima’ tidak berkurang.

Salah hubungan seks merupakan tema penting yang sering menjadipembahasan para ulama terdahulu. Ada berbagai kitab karya ulama kita yang secaraluas mengupas berbagai segi kehidupan seks antara suami dan istri, baik dalam satukitab tersendiri yang membahas masalah hubungan seks secara rinci dan mendalammaupun sebagai bagian dari pembahasan mengenai agama secara keseluruhan.Berbeda dengan berbagai agama lain (juga interpretasi dari sebagian orang Islam yang belum banyak menyelami ajaran Islam), hubungan seks suami-istri dipandangsebagai bagian dari kesucian agama. Bahkan, Allah Swt. memberi pahala kepadasuami-istri yang melakukan persetubuhan (jima’)

.Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Sesungguhnya seorang suami yang memandang istrinya dan istrinya punmemandangnya (dengan syahwat), maka Allah akan memandang dua insan tersebut dengan pandangan rahmat. Dan jika suami itu memegang telapak tangan istrinyadengan maksud mencumbunya atau menjima’nya, maka dosa-dosa kedua insan ituakan berjatuhan dari sela-sela jemarinya.”

(H.R. Maisarah bin Ali dan ImamRafi’i dari Abu Said al-Khudri).
 Sudah sama-sama dimaklumi, kata Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, bahwa cintaorang yang bisa merasakan sesuatu yang sesuai dengan harapannya dan dia tidak sabar lagi untuk menikmatinya, lebih kuat dari cinta orang yang belum merasakannya.Bahkan jiwanya akan tersapih darinya.Cinta yang terjalin antara suami-istri dan cinta yang tumbuh setelah merekabersetubuh, kata Ibnu Qoyyim lebih lanjut, lebih besar dari cinta sebelumnya.Merupakan penyebab yang lazim jika nafsu hati bercampur dengan kenikmatanpandangan mata. Jika mata sudah bisa memandang, maka hati semakin bernafsu. Jikabadan beradu badan, maka nafsu hati, kenikmatan mata dan kelezatan berkumpulmenjadi satu. Jika hal-hal itu tidak terpenuhi, maka kerinduan akan semakinmenggelora, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair:
“Kerinduan semakin melecut suatu waktu jika jarak sebelumnya semakin berdekatan.”
Oleh karena itu, masih kata Ibnu Qoyyim, penderitaan terasa semakin berlipatbagi orang yang pernah melihat kekasihnya atau bersanding dengannya, lalu tiba-tibakeduanya harus berpisah. Penderitaan wanita jauh lebih terasa jika pernah merasakanmadunya laki-laki, terlebih lagi jika ia baru pertama itu merasakannya. Sehinggahampir-hampir dia tak kuasa menahannya. Aiman bin Huzaim berkata:
“Tiada lagi resah saat bersanding wanitaresah itu hadir saat berjauhan dengannya.”
Kebutuhan untuk memperoleh kehangatan dan pelukan sayang dari kekasih,tampak lebih halus pada wanita. Kalau seorang laki-laki cenderung lebih impulsif 
(meskipun tidak sepenuhnya impulsif)
, maka wanita merasakannya dengan prosesyang lebih mendalam. Ia merindukan dengan keterlibatan emosi yang penuh,
 
Kado Pernikahan184
sehingga ketika kekasih tercinta lama tak mencumbu, dia akan sangat menderita.Kalau tak ada rasa takut kepada Allah dan kesetiaan cinta kepada suami tercinta, tepiranjangnya bisa terguncang oleh laki-laki lain.Inilah yang pernah ditakutkan oleh seorang wanita Arab ketika hatinya tak kuatmenahan rindu untuk bercumbu dengan kekasih di atas ranjang yang suci. Di saatmalam semakin sepi dan dingin, ia merintih di balik pintu rumahnya yang terkuncirapat:

Malam kian larut dan diselimuti kegelapanTelah sekian lama kekasih tak kucumbu Demi Allah,bila tidak karena-Mu yang kuingat niscaya ranjang ini berguncang kerasTetapi wahai Tuhanku,rasa malu telah menghalangiku Dan suamiku lebih muliauntuk kendaraannya diinjak orang

Alangkah sepinya malam kalau di saat mata akan terpejam, tak ada suami yangmengajaknya berbicara. Kehangatan berdampingan dengannya akan menjadi bekukalau kekasih tak pernah mencandai.Kelak ketika ia pernah mencicipi madu suaminya, jiwanya akan tersapih kalausuami lama tak menyentuhnya. Malam-malam akan terasa panjang. Hati gelisah tak menemukan ketenangan. Jari-jemari pun terasa dingin dan kaku karena tak adakekasih yang mencumbu. Padahal telah ada suami yang wajib memberi kehangatanseks padanya.Saya teringat kepada perkatan Hindun binti Al-Muhallab. Kata Hindun,

“Saya tidak melihat sesuatu yang lebih berharga bagi wanita yang baik maupun yang buruk selain perbuatan mengikuti laki-laki yang bisa mendatangkan ketenangan bagidirinya. Berapa banyak orang yang diharapkan bisa mendatangkan ketenangan, tapi justru tak ada gunanya. Dalam keadaan seperti apapun ketenangan jauh lebihdibutuhkan.” Jima’ dengan suami dapat melahirkan ketenangan pada jiwa yang membutuhkan.Kebutuhan istri untuk berjima’ memang tidak seekspresif suami. Istri juga relatif lebih mampu menahan gejolak seksnya. Berbeda dengan suami yang cenderung lebihimpulsif dan tidak dapat menunda hasratnya. Ini antara lain bisa kita lihat dari hadis-hadis yang memperingatkan istri agar tidak menunda kebutuhan seks suami. Bahkanada hadis yang menyuruh seorang suami untuk cepat-cepat pulang menemui istri danmengajaknya berjima’ ketika syahwatnya tergoda saat melihat wanita di perjalanan. Tetapi hasrat istri yang tampak lebih tenang itu lebih kuat pengaruhnya. Sebabketika sama-sama mencapai kenikmatan puncak, istri merasakan kenikmatan yang jauh lebih besar dibanding suami. Seorang istri bisa mencapai multi-orgasme (kenikmatan puncak yang berulang-ulang) dalam satu kali jima’. Tetapi suami tidak bisa demikian. Lebih jelasnya, nanti silakan periksa Mukhtarul Ahaadits. Ada hadisyang menerangkan masalah ini.Sebagai tambahan, cukuplah penjelasan Ibnu Umar sebagaimana disebutkan olehAth-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath

1. Kata Ibnu Umar,
“Kelebihan yang ada diantara kenikmatan wanita dan kenikmatan laki-laki, bagaikan goresan jarum di debu. Hanya saja Allah menutupi para wanita dengan rasa malu.”
 Begitu dalamnya kenikmatan yang mampu dicapai oleh seorang istri, sehinggadialah yang paling merasakan kerinduan kalau berbulan-bulan tak ada kesempatanuntuk berjima’ dengan kekasih. Kata Ibnu Qoyyim,
“Penderitaan wanita jauh lebihterasa jika pernah merasakan madunya laki-laki, terlebih lagi jika dia baru pertamaitu merasakannya.”

2 Tetapi
(segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna)
, Allah telah memberikeseimbangan. Allah meletakkan dorongan untuk berhubungan seks pada diri seorangwanita sebagai kebutuhan psikis, bersumber dari kedalaman perasaan dan emosinya.Ia merasakan kebutuhan untuk berjima’ secara perlahan-lahan, tidak meledak-ledak sebagaimana laki-laki sehingga harus segera dipenuhi
(sebagai gambaran Anda dapat membaca hadis-hadis berkenaan dengan jima’)

Hanya dengan cara inilahinsya-Allah kita memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan terdalam hari kiamat. Begitu kita melihatnya sebagai kekurangan dan kelemahan, maka terbukalah pintu kekecewaan kepada teman hidup kita.

Sekalipun demikian, seorang suami tidak boleh mengabaikan kebutuhan istriuntuk memperoleh kehangatan jima’. Jika istri harus memenuhi kebutuhan seks Andasekalipun ia saat itu sedang memasak di dapur, maka istri pun mempunyai kebutuhanseks yang harus dipenuhi oleh suami. Jumhur ulama’ menyatakan, melakukan jima’bagi seorang suami hukumnya wajib, kecuali jika ada halangan.Ada perbedaan pendapat soal rentang waktu yang dapat ditoleransi. Sebagianulama menyatakan paling lama enam bulan sekali suami harus memenuhi kebutuhanistri untuk berjima’. Sebagian lainnya berpendapat empat bulan sekali.
 
Kado Pernikahan185
Imam Ahmad berpendapat paling lama empat bulan, karena Allah menentukanmasa ini untuk sahaya. Bila seorang suami pergi dan tidak ada halangan untuk pulang,maka ia diberi waktu enam bulan. Ketika Imam Ahmad ditanya, berapa lama seorangsuami boleh pergi meninggalkan istrinya, Imam Ahmad menjawab enam bulan. Dankalau suami tidak mau pulang, maka hakim memisahkan keduanya.Ibnu Hazm lebih ketat lagi. Kata Ibnu Hazm,
“Wajib seorang suami menjima’istrinya minimal sekali setiap masa suci bila hal itu mampu dilakukan. Apabila tidak demikian, maka ia telah bermaksiat kepada Allah SWT.”
 Firman Allah:
“.... apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yangdiperintahkan Allah kepadamu....”

(QS Al-Baqarah: 222).
 Bahkan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, menasehatkan agar suami menjima’istri empat hari sekali demi menjaga ketenangan istri. Imam Al-Ghazali menulisdalam
 Ihya’ ‘Ulumuddin
,
“Sebaiknya ia mendatangi istrinya sekali setiap empat malam. Yang demikian itu lebih adil mengingat jumlah wanita yang bolehdinikahinya sekaligus ialah empat orang. Karena itu, boleh saja ia menundawaktunya sampai sebatas ini. Kendatipun demikian, hendaknya ia menambah ataumengurangi sesuai dengan kebutuhan istri. Hal ini terutama mengingat bahwa upayamembentengi istri dan gejolak nafsu syahwatnya merupakan kewajiban seorangsuami.”

Jika seorang suami melupakan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan seksistri sehingga istri mengalami penderitaan batin yang panjang, keretakan rumah-tangga bisa terjadi. Muhammad Abdul Halim Hamid mengingatkan, “Setiap amalyang diwajibkan Allah pasti mengandung kebajikan yang banyak. Barang siapamenyia-nyiakannya, maka akan datanglah berbagai musibah.”“Oleh karena itu,”kata Muhammad Abdul Halim Hamid lebih jauh,“barangsiapa yang mengabaikan kewajiban jima’ akibatnya berbahaya bagi istri. Iaakan merasa tertekan dan gelisah. Dengan demikian berarti tak dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan.”Suami bisa jadi telah jatuh ke dalam al-baghyu apabila ia menelantarkankebutuhan jima’ istrinya. Ia berbuat sewenang-wenang dan zalim tanpa ia sadari.Padahal al-baghyu
termasuk perbuatan yang disegerakan siksanya di dunia danakhirat. Wallahu A’lam bishawab. Astaghfirullahal ‘adzim.

Laki-laki dan Perempuan Memang Beda
Laki-laki dan perempuan memang beda. Allah menciptakan perbedaan di antaramereka, termasuk dalam dorongan untuk berjima’. Segala puji bagi Allah 'Azza wa Jalla

Tidaklah Dia menciptakan perbedaan melainkan ada kebaikan di dalamnya.Maka, mudah-mudahan kita termasuk yang memperoleh sebesar-besar kebaikan atasperbedaan tersebut. Semoga mengantar kita kepada kebahagiaan dan kenikmatanyang penuh barakah fid dunya wal akhirah

.Hasrat berjima’ pada laki-laki banyak berkaitan dengan fisiologinya, berkenaandengan fungsi biologis fisiknya. Penimbunan sel-sel sperma dan air mani dalamrongga air mani secara teratur, merangsangnya untuk melakukan hubungan seks.Ketika rongga air mani penuh, maka hasrat untuk berjima’ muncul dan butuh segerauntuk terpenuhi. Ia akan gelisah jika tidak segera terpenuhi, misalnya karena istrimenunda-nunda ketika diajak bercinta di atas tempat tidur.Berbeda dengan laki-laki, hasrat untuk berjima’ pada wanita lebih banyak bersumber dari kebutuhan psikisnya untuk memperoleh kehangatan dan kemesraandari orang yang dicintainya. Secara fisik tidak ada sesuatu yang menimbun sehinggamemunculkan dorongan untuk segera melakukan jima’. Secara fisik tidak ada sesuatuyang memaksanya untuk berjima’ dan apabila tidak segera dipenuhi akanmengakibatkan kegelisahan. Birahinya lebih banyak terbangkitkan oleh perasaan dankebutuhan psikisnya. Jika ia merasa dicintai, dikagumi dan dihargai oleh suaminya,maka gairahnya dapat terbangkitkan untuk secara fisik berhubungan intim dengannya.Tentu saja penjelasan ini tidak cukup. Pembicaraan tentang sumber doronganberjima’ lebih banyak berhubungan dengan sifat pemenuhan kebutuhan untuk berjima’ antara suami dan istri. Laki-laki membutuhkan pemenuhan yang lebih segeradibanding wanita. Perintah Rasulullah Saw. kepada suami untuk segera pulang danmengajak istri-nya berjima’ ketika syahwatnya tergoda oleh wanita di jalan, memberigambaran betapa pentingnya segera memenuhi kebutuhan seks bagi seorang laki-laki.Insya-Allah yang demikian ini lebih maslahat.

Wallahu A’lam bishawab
.Barangkali berangkat dari sini, kita mendapati perbedaan nasehat dariMuhammad Abdul Halim Hamid ketika berbicara tentang jima’. Kepada suami,Abdul Halim mengingatkan bahwa ada kewajiban untuk menjima’ istri, kemu-dianmenyebutkan rentang waktu paling lama seorang wanita dapat menahan gejolak seksnya. Tetapi kepada istri, Ab-dul Halim mengingatkan, hak suami yang ada padaistri adalah mendapatkan pemenuhan segera, apabila istri diajak untuk itu

(jima’).Pemenuhan segera seorang istri atas ajakan suaminya ini sesungguhnya dapatmenciptakan rasa bahagia baginya. Karena dengan begitu seorang suami dapatmenjaga kehormatan dirinya, memenuhi kebutuhan biologisnya, sekaligus melindungimasyarakat dari perbuatan kotor dan munkar.”Rasulullah Saw. mengingatkan,

“Apabila seorang suami mengajak istrinya,maka penuhilah segera meskipun ia sedang berada di dapur.”
(HR. Tirmidzi danIbnu Hibban).
Maha Suci Allah Yang Di Tangan-Nya terletak rahasia penciptaan. Seorang laki-laki mudah terangsang gairah jima’nya dan bisa segera melakukannya setelahmembayangkan sejenak tanpa memerlukan persiapan-persiapan pendahuluan. Ia juga
 
Kado Pernikahan188
mudah terbangkitkan oleh kecantikan dan kesegaran. Karena itu, jangan menceritakankecantikan seorang wanita kepada suami Anda seolah-olah ia menyaksikan sendiri
(selengkapnya baca bab Biarlah Engkau yang Tercantik Di Hatiku)
. Juga, janganmelupakan berhias untuk suami Anda tersayang. Apalagi kalau sewaktu-waktu iaharus pulang mendadak, berikanlah kecantikan, kesegaran dan kehangatan Anda yangpaling sempurna
(masih ingat Saat Tepat untuk Berhias, kan?)
.Maha Suci Allah. Jika seorang laki-laki mudah terbangkitkan oleh kecantikandan kesegaran, maka seorang wanita baru akan terangsang gairah jima’nya ketikasuami menge-cup dan mencumbunya dengan penuh kecintaan.

Istri juga perlu mendengar kata-kata rayuan dari suami agar gairahnya terbangkitkan, sehingga bartholin yang ada dalam  farj-nya menjadikan siap untuk didatangi. Inilah yang lebihpenting bagi seorang istri --cumbu rayu-- daripada sekedar bertemunya dua khitan.Kata Imam Al-Ghazali,
“Dan hendaknya ia mendahuluinya dengan rayuan, belaian,ciuman, dan sebagainya.”
Imam As-Suyuti mengingatkan para suami dengan cara yang lebih lembut.Beliau mendo’akan:
Semoga Allah memberikan kemuliaan dankeselamatan yang abadikepada mereka yang mengetahuicara yang baik untuk menepuk pipi yang lembut,untuk membelai pinggang yang ramping,untuk memasuki farj terindahdengan terampil!

Di sinilah kadang timbul masalah. Suami merasa sudah melakukan hubunganseks, sementara istri baru mulai bangkit gairahnya. Sehingga ketika suami mencapaikenikmatan puncak, istri baru berada dalam perjalanan. Tak mudah menyesuaikandua karakter jima’ yang berbeda. Tetapi Rasulullah Saw. telah memberi tuntunan,
“Apabila seorang dari kalian bersetubuh dengan istrinya, hendaklahmenyempurnakannya. Apabila hajatnya telah selesai, janganlah ia mempercepat (meninggalkan) istrinya itu hingga selesai pula hajatnya.”

(HR. Abdur Razzaq danAbu Ya’la dari Anas).
 Rasulullah Saw. juga mengingatkan:
“Apabila salah seorang dari kalian bersetubuh dengan istrinya, janganlahmenyingkir hingga hajat istrinya selesai sebagaimana ia senang selesai (dengan)hajatnya.”
(HR. Ibnu ‘Adiy dari Ibnu Abbas).
Ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bisa mencapai orgasmedalam waktu 5 atau 10 menit. Sementara wanita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa mencapai puncak kenikmatan. Dalam perbedaan inilah ada kesempatanuntuk saling belajar, saling menerima, saling memaafkan sekaligus ada ladang amalshalih di dalamnya. Tanpa itu, yang muncul hanyalah keretakan dan ketegangan-ketegangan psikis. Ego yang paling nampak.O ya, hampir lupa. Sekalipun dorongan berjima’ pada wanita lebih berakar padakebutuhan psikis, tetapi perubahan-perubahan hormonal karena adanya menstruasisetiap bulan juga mempengaruhi. Dari pasang surutnya perubahan yang sering iaalami selama menstruasi, kadang wanita merasakan gairah yang sangat kuat untuk melakukan hubungan seksual hingga mencapai puncak kenikmatan. Tetapi kadang-kadang keinginannya untuk berjima’ sangat lemah. Kedua hal ini bisa berlangsungselama beberapa hari, bisa juga hanya sebentar.

‘Alaa kulli hal
, perbedaan antara laki-laki dan perempuan memang ada.Perbedaan itu tidak menunjukkan kelemahan di satu pihak, dan kelebihan di pihak lain. Perbedaan itu tidak berarti kekurangan dan ketidaksempurnaan. Allah Swt. telahmenciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Ia ciptakan perbedaan sebagaikesempurnaan dan jalan untuk mencapai barakah yang paling besar. Hanya dengancara inilah insya-Allah kita memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan terdalamhingga kelak di
 yaumil-qiyamah
. Begitu kita melihatnya sebagai kekurangan dankelemahan, maka terbukalah pintu kekecewaan kepada teman hidup kita. Terbukalahpintu untuk merasa lebih tinggi dan paling banyak berbuat. Ini akan mempersempitpintu
sakinah, mawaddah wa rahmah
.Maha Besar Allah yang telah menciptakan perbedaan. Tidaklah Allahmenciptakan segala sesuatu
(termasuk karakter seks yang berbeda)
dengan sia-sia.Maha Suci Allah, semoga kita dijauhkan dari siksa api neraka.Tak ada cela dalam perbedaan yang diciptakan Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mensyukuri dan meraih kebahagiaan tertinggi di samping-Nya.Semoga barakah dan diridhai Allah setiap jima’ kita. Allahumma amin.

Mandi Jinabah
Seorang wanita pernah bercerita, masalah yang kadang membuatnya malasmelayani keinginan suami adalah mandi wajib sesudah jima’. Kadang-kadang iadihinggapi rasa enggan kalau harus mengurai rambut dan membersihkannya denganshampoo. Belum lagi rambut tidak mudah kering. Sehingga ketika suami mengajak berjima’, kadang muncul gejala mual-mual serasa mau muntah (nausea).Munculnya nausea (mual-mual) atau bahkan muntah (vomiting), sebenarnyamerupakan reaksi psikis akibat keengganan terhadap sesuatu yang berhubungandengan jima’. Keengganan untuk mengurai rambut dan mengeramasi sesudahmelakukan jima’, merupakan salah satu perkara yang bisa memunculkan nausea
.
 
Kado Pernikahan190
Wajar memang jika sebagian wanita mengalami masalah ini. Apalagi kalausuaminya termasuk laki-laki yang tinggi kebutuhan jima’nya, sehingga istri harusmandi wajib setiap hari atau bahkan dua kali sehari. Tetapi ini sebenarnya tidak perluterjadi andaikan ia mengetahui bahwa Islam memberikan keringanan terhadapmasalah ini.Mandi junub sehabis jima’ wajib dilakukan oleh wanita, sebagaimana ia wajibmandi ketika haid atau nifasnya selesai. Tetapi Anda tidak harus membuka danmengurai rambut ketika mandi wajib sehabis jima’. Allah dan Rasul-Nya telahmeringankan Anda. Dandanan rambut Anda yang indah tidak perlu Anda acak-acak dengan mengeramasi, kecuali jika Anda memang ingin keramas. Cukuplahmenuangkan air di atas kepala Anda tiga kali

Khath Arab
Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, saya seorang perempuan yangberambut panjang dan bersanggul. Apakah saya harus membuka (mengurai) rambutsaya yang disanggul untuk mandi haid dan janabat?” Rasulullah Saw. menjawab,
“Tidak, cukup bagimu menuangkan air di atas kepalamu tiga kali cidukan, kemudiansiramlah badanmu dengan air. Dengan begitu engkau telah bersih.”

(HR. Muslim).
Mandi junub sebaiknya disegerakan. Tetapi jika malam terlalu dingin atau tanganterlalu berat untuk melepas kehangatan, Anda bisa menunda mandi jinabah. CukuplahAnda berwudhu seperti wudhu untuk shalat sebelum Anda tidur. Nanti sesudahbangun, Anda bisa melakukan mandi junub sendirian atau bersama suami dalam satubak mandi. Jadi, Anda mandi junub sekaligus mandi pagi.Ibnu Umar pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,
“Bolehkah salah seorangdari kami tidur dalam keadaan junub (hadas besar)?”

“Ya,”
jawab beliau,
“jika ia telah berwudhu.”

(HR. Bukhari dan Muslim).
Riwayat lain bahkan meringankan ketentuan ini, sehingga seseorang bisa tidursehabis berjima’ tanpa melakukan wudhu terlebih dulu. Hal ini berdasarkanketerangan Aisyah r.a. sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Tirmidzi danIbnu Majah bahwa
“adakalanya Rasulullah Saw. tidur dalam keadaan junub sebelumbeliau menyentuh air.”
 Alhasil, janganlah kewajiban mandi junub membuat Anda enggan melayanikeinginan suami untuk bercinta di atas tempat tidur, setelah mengetahui kemudahanyang diberikan Islam.

Semoga sesudah ini tak ada masalah karena keengganan mandi junub. Adapunkalau Anda tidak berat dan tidak ada kesulitan, Anda bisa menyegerakan mandi junub.Box. 6.1.
Kaifiyah Mandi Wajib
 Ada beberapa hadis yang menerangkan mengenai
kaifiyah
(tata cara)mandi wajib. Ibnu Syaibah meriwayatkan sebuah hadis,
“Bukalah rambutmudan mandilah, yakni dalam haid.”
Hadis ini juga ditakhrij oleh Ibnu Majah dari jalur Ibnu Syaibah dan Alibin Muhammad. Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hadis inisanadnya shahih menurut syarat Asy-Syaikhani. Menurut keduanya, kataSyaikh Al-Albani dalam
Silsilah Hadis Shahih
, hadis ini berkaitan dengankisah 'Aisyah sewaktu haid dalam haji Wada’ dan Nabi Saw. berkatakepadanya,
“Bukalah kepalamu, sisirlah, dan tahanlah dari umrahmu!”
Hadis ini tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh AbuZubair dari Ubaid bin Umair yang menceritakan: Telah sampai kepada ‘Aisyahbahwa Abdullah bin Amr memerintahkan kaum wanita ketika mandi supayamembuka kepalanya. Maka Aisyah berkata, “Alangkah mengherankan sekaliIbnu Amr ini. Ia memerintahkan agar mereka mencukur rambut kepalanya?Sesungguhnya aku biasa mandi dengan Rasulullah dari satu bejana dan akutidak menambah siraman atas kepalaku dengan tiga siraman.”Hadis ini ditakhrij oleh Imam Muslim, Ibnu Abi Syaibah, Al-Baihaqi sertaImam Ahmad. Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, antarakedua hadis di atas tidak ada pertentangan karena dua hal sebagai berikut:
Pertama
, hadis pertama lebih shahih daripada hadis yang belakangan. Karenahadis yang belakangan ini meskipun ditakhrij oleh Imam Muslim, tetapi AbuZubair adalah
mudallis
.
 Kedua
, hadis yang pertama berlaku untuk kasus haid. Sedangkan hadisyang belakangan ini berlaku untuk kasus jinabat (mandi junub), sehinggakeduanya bisa dikompromikan. Jadi dikatakan wajib membuka (rambut)sewaktu haid, bukan mandi junub. Demikian menurut Imam Ahmad dan ulamasalaf lain.
“Penyatuan ini adalah lebih tepat,”
kata Syaikh Al-Albanimenambahkan.

 
Kado Pernikahan192
Istri juga memiliki kebutuhan
Telah kita bicarakan bahwa suami mempunyai kewajiban untuk berhubunganseks dengan istri, termasuk mengenai batas waktu minimal yang dapat ditoleransi.Suami harus memperhatikan bahwa istri juga mempunyai kebutuhan untuk bersetubuh. Sekarang kita akan membicarakan kembali masalah ini. Tetapi kita tidak membicarakan masalah ini dalam kedudukannya sebagai kewajiban. Ada sesuatuyang lain ketika suami-istri melakukan jima’. Ada sedekah pada hati yangmerindukan ketika suami mengajak istrinya bersetubuh.Ketika jiwa terlalu lama menantikan belaian cinta dari suami, air mata bisamengalir karena tidak kuat menahan rasa sepi yang mencekam. Sementara tidak adakekasih yang menguak hasratnya.Inilah yang pernah diceritakan oleh Al-Abbas bin Hi-syam Al-Kalby. Iamenuturkan bahwa Abdul-Malik bin Marwan mengirim pasukan perang ke Yamandan mereka menetap di sana hingga beberapa tahun lamanya. Suatu malam ketikasedang berada di Damaskus, Abdul-Malik bin Marwan berkata, “Demi Allah, malamini saya akan menelusuri kota Damaskus untuk mendengar apa komentar orang-orangtentang pasukan yang kukirim untuk berperang yang terdiri dari kaum laki-laki,hingga harta mereka menjadi melimpah.”Tatkala sedang berada di sebuah lorong, tiba-tiba Abdul-Malik bin Marwanmendengar suara wanita yang sedang mendirikan shalat. Dia mencuri dengar. Ketikawanita itu beranjak ke tempat tidurnya, ia berkata, “Ya Allah yang telah menjalankanonta-onta yang cantik, menurunkan kitab-kitab dan menganugerahkan keinginan, akumemohon kepada-Mu untuk mengembalikan suami yang saat ini tidak ada disampingku, sehingga dia bisa menguak hasratku dan aku menjadi senang karenanya.Aku memohon kepada-Mu agar Engkau menetapkan keputusan antara diriku danAbdul-Malik bin Marwan yang telah memisahkan kami.”Lalu wanita itu berucap:
 Malam ini terasa panjang denganair mata yang mengalir hatiku terasa kelu karena derita yang menderaKutahan derita malam ini sambilmenghitung bintangcinta membuat hati terasa terpotong-potong jika di sana ada bintang yang menghilangmataku berpendar mencaribintang yang datangseandainya tidak kuingat jalinan



di antara kamiakan kudapatkan hati inimemberontak tak terkendaliSetiap kekasih tentu mengingat kekasihnya pertemuan setiap hari yang diharapkannyaYa Allah, ringankanlahkerinduan yang menderado’a dipanjatkan dan Engkau mendengarnyakupanjatkan sepotong do’a setiap waktukarena keinginan yangmenyeruak di dalam diriku
 Abdul-Malik bertanya pada pengawalnya, “Tahukah kamu, rumah siapakah ini?”“Ya, saya tahu. Ini adalah rumah Yazid bin Sinan.”“Siapakah wanita yang berada di dalamnya?”“Istrinya.”Ada yang bisa kita petik dari kisah ini. Kerinduan yang tak menemukanmuaranya, dapat menjadikan hati ingin memberontak. Kalau saja tak ada iman yangdipegang dan jalinan yang diingat, cinta yang ada di hati bisa terguncang. Dan ini bisamembawa kepada fitnah yang besar.Benarlah kata-kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Menurut Ibnu Qayyim,persetubuhan yang dihalalkan bisa menambah cinta, jika memang hal itu dikehendakiorang yang dicintai.
“Jika dia sudah mencicipi kenikmatan percintaan dan persetubuhan,”
kata Ibnu Qayyim menambahkan,
“keinginannya untuk merasakanlagi justru semakin menggebu, jauh lebih menggebu daripada sebelum diamerasakannya.”
Hal semacam ini juga terjadi pada istri. Apalagi Allah telah memberinyadorongan syahwat yang jauh lebih besar dibanding laki-laki. Hanya Allah telahmenutupinya dengan rasa malu.Di sinilah perlu komunikasi yang baik antara suami dan istri. Kalau suami sudahlama tidak menyentuh Anda, maka Anda dapat mengingatkannya agar memberikankehangatan di atas tempat tidur. Anda bisa mengingatkan secara langsung denganmengungkapkan keinginan Anda. Bisa juga menyampaikan secara halus. Jika dimasa-masa pengantin baru Anda berdua bisa membentuk ungkapan yang baik untuk menyatakan keinginan berjima’, insya-Allah akan lebih baik. Tetapi, tentu saja
 
Kado Pernikahan194
banyak cara yang bisa Anda pakai agar lebih menyentuh perasaannya sehingga iasemakin sayang. Bukan tersinggung.
Wallahu A’lam bishawab. Astaghfirullahal ‘adzim
.Insya-Allah Tuhan Yang Maha Pengasih akan mencatat apa yang Anda lakukansebagai kebaikan jika Anda mengingatkan suami karena ingin mencegahnya darikesalahan. Mencegahnya agar tidak melalaikan kewajiban untuk memuaskan gejolak syahwat Anda. Juga mencegah agar diri Anda tidak terjatuh ke dalam perbuatan dosakarena kurangnya sentuhan suami.
Wallahu A’lam bishawab
.Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Tidak diperbolehkan bagi seorang istri memasukkan seseorang yang tidak disukai suaminya ke dalam rumah-tangganya
....
Ia tidak boleh menolak suaminya ditempat tidur. Ia tidak boleh mendiamkannya. Jika suami bersalah, istri bolehmenegurnya hingga ia merasa puas. Jika suami menerima tegurannya dengan baik dan benar, maka tegurannya itu akan diterima oleh Allah, sedang jika suami tidak suka pada teguran istrinya, maka tegurannya itu tetap akan diterima oleh Allahbagaimanapun juga.”
(HR. Al-Hakim).
Ketika mengingatkan suami agar mendatangi istri empat hari sekali, Imam Al-Ghazali menulis, “Kendatipun demikian hendaknya ia menambah atau mengurangisesuai dengan kebutuhan istri. Hal ini terutama mengingat bahwa upaya membentengiistri dari gejolak nafsu syahwatnya merupakan kewajiban seorang suami.”Tetapi tidak setiap suami dapat menangkap keinginan istri, sekalipun istri sudahmenunjukkan secara samar hasratnya untuk berjima’. Apalagi kalau istri tidak menampakkan tanda-tanda keinginannya. Karena itu istri perlu menyampaikankerinduannya
(selain dengan membangkitkan gairah suami)
jika tidak adanya jima’dapat membuatnya kecewa dan frustasi. Hal ini untuk membentengi iman danmenjaga kehormatan kemaluan. Insya-Allah ini merupakan sikap yang mulia.
4

Peringatan Ruqayyah Waris Maqsood tentang masalah ini patut diperhatikan.Kata Ruqayyah, “Jika seorang laki-laki bersikeras menolak untuk mengabulkanpermohonan istrinya untuk diberi perhatian, ia harus menyadari bahwa nantinya dihari pengadilan ia akan mendapatkan pertanyaan yang sulit dijawab. Buku catatannyaakan dibuka untuk mengungkapkan segala perbuatannya, betapa pun memalukannyaitu! Mungkin ia telah merasa sebagai Muslim yang terbaik, tanpa menyadarikebenaran nasehat dari ajaran Rasulullah Saw.:
“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya.”
Bayangkanlah kekagetannya pada akhirkehidupan agama de-ngan shalat dan perbuatan baik, ketika mendapati bahwasebenarnya Anda telah bersalah dengan bersikap kejam terhadap istri di tahun-tahunitu, dan kini dipanggil untuk mempertanggungjawabkannya!”Kalau seorang suami datang memberikan kehangatan seksual kepada istri
(begitu pula istri kepada suami)
maka Allah mencatatkan pahala sedekah bagi mereka.



Rasulullah Saw. bersabda,
“Dalam hubungan intim yang kamu lakukan di antarakamu ada sedekah.”
Para sahabat menanggapi, “Wahai Rasulullah, ketika salah seorang di antarakami memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan mendapat pahala untuk itu?”Dan Beliau menjawab,
“Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia melakukannyasecara tidak sah ia akan mendapat dosa? Dengan demikian, jika ia melakukannyasecara sah, ia akan mendapat pahala.”
(HR. Muslim).
 Hadis ini, kata Ruqayyah Waris Maqsood, hanya berarti jika perbuatan seksualdilakukan jauh di atas tingkat hewani semata-mata. Apakah hal menakjubkan yangmengubah seks menjadi sedekah, yang menjadikannya sebagai masalah pahala ataudosa dari Allah? Yaitu dengan menjadikan kehidupan seks seseorang lebih darisekedar hubungan fisik biasa; yaitu dengan niatan untuk mendapat ridha Allah dengancara bersikap perhatian terhadap pasangannya. Seorang suami yang tak dapatmemahami hal ini tidak akan mendapatkan penghormatan dari istrinya.
Wallahu A’lam bishawab
.Tak selalu mudah memahami apa yang disukai istri ketika berjima’. Kadang adasuami yang merasa sudah memuaskan kebutuhan jima’ istrinya, tetapi istri tidak merasakannya. Hal ini antara lain disebabkan oleh perbedaan karakteristik seks antaralaki-laki dan perempuan sebagaimana kita sebut terdahulu. Bagi laki-laki, jima’ lebihberpusat pada bertemunya dua kemaluan. Padahal bagi wanita, itu “hanyalah”pelengkap ketika farji sudah siap untuk menerima. Artinya, perlu ada yang lain, yaitupercumbuan dan ungkapan kata-kata cinta yang merayu dari suaminya.Dalam hal ini istri perlu membantu suami agar dapat memberikan kepuasanpadanya. Kalau ada bagian-bagian tertentu tubuhnya yang terasa sakit atau risihketika diusap atau dibelai-belai, ia perlu mengemukakan kepada suaminya
(kecuali yang ia bisa belajar menikmati)
. Ia bisa menunjukkan bagian mana yang ia merasapaling senang kalau dicumbu suaminya, sehingga ia memperoleh kenikmatan. Ia perlumenyampaikan hal-hal semacam ini dengan cara yang tepat agar suami dapatmenerima dan memperbaiki diri. Bukan merasa tidak mampu.Selebihnya, adalah kesediaan untuk saling menerima dan memaafkankekurangan-kekurangan yang ada pada kekasihnya.Ada hal lain. Istri bukanlah seonggok bantal guling yang dingin dan kaku ketikaberjima’. Ia juga perlu berperan untuk menjadikan jima’ lebih indah. Gairahkanlahsuami Anda, antara lain dengan menunjukkan gairah Anda kepadanya di atas tempattidur. Kata Ibnu Qutaybah,
“Semakin besar gairah seorang wanita, semakin besar  pula gairah laki-laki padanya.”
Kalau Anda pandai membangkitkan gairahnya, insya-Allah ia akan lebih tertarik untuk mencumbu Anda. Ia akan lebih mampu menjadikan Anda terangsang, karenaketika semangatnya tumbuh, ia akan lebih mudah menyatakan perasaan cintanyakepada Anda. Tangannya akan lebih ringan untuk membelai dan bermain-main
 
Kado Pernikahan196
dengan Anda (sementara Anda butuh permainan pendahuluan untuk bisa terangsang).Insya-Allah yang demikian akan menjadikan Allah ridha dan memandang Andaberdua dengan pandangan rahmat.Berkenaan dengan ini, marilah kita ingat kembali nasehat Rasulullah Saw.
(semoga kita tetap bershalawat kepadanya)
. Kata Rasulullah Saw.,
“Sebaik-baik istrikamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) kerasmenjaga kehormatan kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.”
(HR. Dailami
dari
Anas r.a.).
Sebaliknya, seorang suami hendaknya juga memperhatikan agar tidak terburu-buru ketika melakukan persetubuhan. Hendaknya ia mengajak istrinya bermain dulu.Jangan langsung menyenggamainya karena ini akan menyakitkan istri. Sakit secarafisik karena
bartholin
yang ada dalam vaginanya belum mengeluarkan pelumas.
5
 Sakit secara psikis karena kecewa dan frustasi. Apalagi kalau suami segerameninggalkan istri sesudah berjima’, padahal istri baru terangsang saat itu.Kecuplah istri Anda untuk mengawali jima’. Ciuman yang penuh kerinduan akanmembangkitkan birahi wanita. Banyak wanita yang merasa senang ketika beberapabagian tubuhnya dicium agak lama. Wanita juga lebih mudah terangsang apabilasuami memberikan belaian yang hangat sebelum menjima’. Klitoris
(al-badhar)
 termasuk bagian yang sensitif.Berkenaan dengan ciuman ini, Imam Al-Zabidi menasehatkan,
“Ciuman ini tidak hanya mencakup pipi dan bibir saja, tetapi suami harus membelai dada serta semuabagian tubuh istrinya.”
Ciuman, cumbuan, dan kata-kata cinta insya-Allah bisa mengantar istri Andauntuk mencapai kenikmatan puncak, disamping Anda sendiri insya-Allah akanmerasakan kenikmatan yang lebih indah. Ciuman tidak hanya ke pipi dan bibir.Genggaman tidak hanya pada pergelangan tangannya.Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah pernah menasehatkan agar persetubuhan bisamencapai puncak kenikmatan. Kata Ibnu Qayyim, “Mata memperoleh kenikmatandengan memandang kekasih, telinga mendengar perkataannya, hidung menciumaromanya, mulut mengecupnya dan tangan mengelusnya. Setiap anggota badanmendapat bagian kenikmatan yang dituntutnya. Jika ada satu anggota badan tidak mendapatkan bagiannya, maka jiwa terus akan menuntutnya dan tidak merasa tenangkecuali setelah mendapatkannya. Maka dari itu wanita juga disebut
sakan
 (ketenteraman), karena jiwa merasa tenteram jika bersanding dengannya. Allah Swt.berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalianistri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian merasa cenderung dan merasatenteram kepadanya.”
(Ar-Ruum: 21).
 “Maka dari itu,” kata Ibnu Qayyim menambahkan, “Allah melebihkan jima’pada siang hari daripada jima’ pada malam hari, karena alasan yang sifatnya naluri,



yaitu karena biasanya indera menjadi pasif pada malam hari dan menuntut untuk diistirahatkan.”Pendapat senada juga dikemukakan oleh Ruqayyah Waris Maqsood. Ia menulis,“Baik untuk diingat bahwa dalam beberapa masyarakat Islam, waktu terbaik untuk seks bukanlah pada malam hari tetapi pada waktu istirahat siang hari. Ia tak mudahdilakukan kalau Anda bekerja sejak pagi hingga sore hari! Tetapi mungkin sesekali,Anda bisa masuk kamar satu jam lebih awal dari biasanya. Adalah hal yangmenyebalkan bagi seorang istri jika satu-satunya perhatian yang diterimanya adalah“pemberitahuan” yang tiba-tiba tentang keinginan seks suaminya.”Tetapi sebagian ulama berpendapat lain. Jima’ sebaik-nya dilakukan pada malamhari, apalagi bagi pengantin yang baru pertama kali melakukan “tugas sakralnya”.Lepas dari itu tidak ada batasan kapan suami-istri melakukan jima’, kecuali laranganberjima’ di siang hari pada bulan Ramadhan. Petunjuk-petunjuk dari As-Sunnah lebihmenekankan pemenuhan segera ketika suami bangkit nafsu syahwatnya, serta tidak cepat-cepat menyudahi agar istri juga bisa ikut merasakan kenikmatan hubunganintim.
Wallahu A’lam.
 ---Pembahasan lebih rinci mengenai bagaimana mencumbu istri, melakukan jima’serta berbagai hal yang berhubungan dengan itu, dapat Anda periksa di berbagaisumber. Literatur keislaman telah kaya dengan pembahasan mengenai masalah ini,meskipun ada yang lebih tepat disebut seksologi Arab daripada Islam. Tetapipembahasan yang telah disumbangkan melalui literatur klasik telah memberisumbangan yang sangat berharga.Pengajian-pengajian di pesantren atau lingkungan yang berdekatan denganpesantren, sering mengambil masalah ini sebagai pembahasan rutin. Sebagian daerahdi Jombang misalnya, mengadakan pengajian dengan tema ini setiap sore selamabulan Ramadhan.
Maka Dalam Jima’ Ada Kemuliaan
Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu
biasa memaksakan dirinya berjima’. Iamenuturkan,
“Sungguh aku memaksakan diri bersetubuh dengan harapan Allah akanmengaruniakan dariku makhluk yang akan bertasbih dan mengingat-Nya.”Tasabbub
(membuat sebab) atau jima’ dalam rangka ingin mempunyai anak,merupakan tindakan yang disukai Allah. Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu
 merupakan salah satu contoh. Ia seorang sahabat utama Rasulullah Saw.. Ia
 
Kado Pernikahan198
ber
tasabbub
disebabkan oleh keinginan untuk mempunyai anak yang bertasbih danmengingat-Nya.Syaikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani menjelaskan, melakukan jima’ dengan upaya melahirkan keturunan merupakan bentuk pendekatan kepadaAllah dari empat segi, yaitu:1.

Menegakkan
mahabbah
(kecintaan) kepada Allah dalam upaya melahirkanketurunan dengan maksud melestarikan keberadaan manusia.2.

Mencari kecintaan Rasulullah Saw. sebab memperbanyak keturunan merupakankebanggaannya.3.

Mencari ke
barakah
an dengan do’a anak shalih pada saat kedua orangtuanyameninggal dunia.4.

Mencari
syafa’at 
(pertolongan) dengan meninggalnya anak yang masih kecil bagikedua orangtuanya.Di satu sisi, kemampuan untuk melaksanakan kebaikan yang disengaja, insya-Allah telah memberikan kebahagiaan tersendiri, di luar kenyataan bahwa Allahmemang telah menyediakan kebahagiaan ketika suami-istri berjima’. Dorongan untuk mencapai kebaikan dapat menumbuhkan perasaan yang baik ketika bisamelaksanakan. Barangkali inilah sebabnya keluarga yang memiliki satu misi sucirelatif tak terdengar keluhannya dalam masalah ini
(semoga Allah menanamkan misidalam hati kita dan keluarga kita. Allahumma amin)
.Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis, “Dalam jima’ terdapat puncak kenikmatan,puncak kasih-sayang terhadap kekasih tercinta, pahala, shadaqah, kesenangan jiwa,hilangnya pikiran-pikiran yang kotor, hilangnya ketegangan, badan terasa ringan danbertambah sehat dan bisa melampiaskan cumbuan. Jika jima’ itu sengaja dilakukanuntuk suatu kebaikan, melampiaskan kasih-sayang, kerinduan, kesenangan danmengharapkan pahala, maka itulah kenikmatan yang tidak bisa ditandingi kenikmatanmacam apa pun. Terlebih lagi jika persetubuhan itu dilakukan hingga mencapaipuncak orgasme.”Alhasil, ada dua kenikmatan yang insya-Allah kita cerap saat berjima’ kalau niatkita baik. Paling tidak, ada satu kenikmatan yang kita reguk jika persetubuhan tak sempat mencapai orgasme. Masalahnya, apakah niat kita sudah baik? Ini yang sayatidak berani menjawab.
MENGGAIRAHKAN SUAMI
Dalam sebuah seminar kemuslimahan di Yogyakarta, seorang pesertamenyampaikan masalahnya. Setiap suami menginginkan, ia selalu melayani. Tetapiketika ia menghendaki kemesraan, suami sering tidak siap untuk berjima’. Alhasil ia



harus memendam kekecewaan dan kejengkelan karena suami tidak memberikehangatan yang ia minta. Padahal ia sangat membutuhkan.Laki-laki dan perempuan memang berbeda karakteristik seksnya. Seorangperempuan bisa melayani keinginan syahwat suaminya kapan saja, sekalipun ia tidak siap. Ekstremnya, ketika sedang tidak memiliki gairah syahwat pun perempuan bisamelakukan jima’ dengan suaminya. Tetapi tidak demikian dengan laki-laki. Secarafisik, hanya dalam keadaan tertentu ia bisa memenuhi hasrat istrinya. Dan ini banyak dipengaruhi oleh kondisi psikis.---
"Tidak ada yang lebih menjamin kebahagiaan hidup berumah tangga, dan tidak ada yang lebih menjaminutuhnya kejantanan dan keikhlasan suami, daripada pengalaman dan pengetahuan istri mengenai seni bercinta...." Demikian kata Al-Khasyat
.---

Potensi seks suami memang merupakan masalah umum suami-istri. Tidak lamasetelah menikah, seorang ikhwan pernah bertanya kepada saya jamu atau ramuan apayang dapat menguatkan syahwatnya ketika bersama istri. Secara berseloroh sayasempat menyebutkan bumbu masakan yang dapat menguatkan syahwat. Konon begitukabarnya. Ada juga pil yang menguatkan sesuatu yang ada pada suami. Tetapi diantara pil kuat atau obat perangsang, ada yang secara jangka panjang berdampak negatif, antara lain terhadap ginjal. Di samping itu, bisa secara langsungmengakibatkan lemahnya kesanggupan seks suami setelah sekian lamamengkonsumsi.Sebenarnya, insya-Allah suami tidak perlu menggunakan pil jika istri mampumembangkitkan gairah suami. Kata Ibnu Qutaybah,
“Semakin besar gairah seorangwanita, semakin besar pula gairah laki-laki kepadanya.”
Menurut riwayat, Rasulullah Saw. juga pernah bersabda tentang masalah ini.Kata Rasulullah,
“Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandaimembangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya, pandaimembangkitkan syahwat suaminya.”
(HR. Dailami dari Anas r.a.).
 Berkenaan dengan masalah ini, ada baiknya kita mendengar kisah Abdullah binRabi’ah. Dia adalah orang yang terkenal di kalangan orang-orang Quraisy sebagai


Tidak ada komentar: