Rabu, 28 Oktober 2015

DUGAAN ADANYA MAKHLUK SEBELUM MANUSIA

DUGAAN ADANYA MAKHLUK SEBELUM MANUSIA

WWW.FAMILYRUMADAY.BLOGSPOT.COM

BAGI UMAT ISLAM KITA HARUS PUNYA KEYAKINAN INI HANYA PENDAPAT YG DI AMBIL DARI AHLI TAFSIR:

BAHWA BANGSA ATLANTIS ATAU PUN DINASTI RAMA BUKANLAH DARI RAS MANUSIA KETURUNAN ADAM

DIALAH YG DI NAMAKAN 3 UMAT TERDAHULU SEBELUM NABI ADAM YAITU:

BANUL JAN
alam

BANUL BAN

DAN IJAJIL

DARI GOLONGAN JIN YG TERAKHIR MALAH BERBADAN DAN BERDARAH

DARI GOLONGAN 3 UMAT TERDAHULU ITULAH BUMI INI PERNAH MENGALAMI 3X KIAMAT

mungkin dalam hati Kalian pernah terbesit pertanyaan Siapakah Makhluk Sebelum Adam?
Kalau menurut kepercayaan Ane (Muslim) merujuk :

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya”

Sebelum nabi adam turun ke bumi diceritakan bahwa yang menempati bumi ini adalah bangsa jin yang dikelompokan menjadi abal jan dan banul jan dan dari 2 kelompok tersebut bertempur terus tidak pernah bersahabat, kemudian malaikat menanyakan kepada Allah apa akan membuat orang untuk menjadikan kholifah dibumi yang selalu yasfiquddima (pertumpahan darah), akhirnya Allah memerintah yang bernama ‘azajil yang memimpin para malaikat jibril mikail izroil dan malaikat yang lainnya, untuk menaklukan abal jan dan janul jan dibumi ini, kemudian setelah ditaklukan akhirnya Allah menciptakan nabi Adam, diantara ‘azajil, malaikat dan adam diberikan ilmu oleh Allah karena tujuannya untuk menjadikan kholifah dibumi, setelah diuji ternyata yang lulus dari ujian tersebut adalah nabi Adam akhirnya semuanya diperintah Allah untuk sujud penghormatan kepada Adam “fasajaduu illa Iblis”,
akhirnya semuanya sujud kecuali ‘azajil (bangsa Iblis) mereka sombong dan membangkang “aba wastakbaro”.

manusia tidak diciptakan dibumi, tapi manusia dijadikan khalifah di bumi, sebagai pengganti tentunya ada yang di ganti, alias Adam bukan makhluk pertama dibumi, dan Allah tidak mengatakan untuk mengganti manusia sebelumnya, tapi pengganti makhluk di bumi, yaitu abal jan dan banul jan, mereka itu adalah penghuni bumi sebelum manusia.

Bentuk basyariahnya tak jauh berbeda dengan manusia, maka anda bisa buktikan bahwa makhluk selain manusia, punya badan yang sama seperti manusia, yaitu banul jan, anak turun Jin, juga banul ban anak turun dedemit, maka ketika bumi rusak oleh mereka, mereka diusir bahkan dibasmi oleh malaikat, hingga mereka berlari terbirit-birit dan mencari tempat yang jauh dari anak Adam.
Spoiler forKalau dari segi Archeology:
Berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan, memang ada makhluk lain sebelum manusia. Mereka seperti manusia, tetapi mempunyai karakteristik yang lebih primitif. Otak mereka lebih kecil. Oleh karena itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan. Kelompok ini dinamakan Neanderthal.

Kemudian datanglah manusia Adam yang diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens. Menurut Wikipedia, Homosapiens mulai ada sekitar 200 ribu tahun lalu. Sedangkan Neonderthal ada sehingga 130 ribu tahun dulu, kemudian ia lenyap. Ada juga teori yang mengatakan Neonderthal lenyap sebelum Homosapiens muncul. Tapi yang pasti, Homosapiens bukanlah evolusi dari Neanderthal. Neanderthal hanyalah makhluk seakan manusia yang telah ada sebelum kita (manusia Homo sapiens) ada.

Mungkin tidak ada fakta konkrit dalam membicarakan isu ini. Kebanyakan teori berdasarkan sumber fosil. Namun yang paling penting mungkin sebagai bagi yang Muslim kita percaya ada makhluk sebelum Adam yang saling membunuh. Ada yang mengatakan mereka adalah dari kaum jin. Ada juga yang mengatakan bahwa ada 3 umat yang utama sebelum Adam. Dua diantaranya dari kaum jin. Sedangkan kaum yang ketiga adalah dari golongan yang berbeda dari Jin, karena mereka ini berdarah dan berdaging. Golongan ketiga ini adalah mereka yang dimaksudkan sebagai “man yufsidu feehaa wa yasfiku al-dimaa’: golongan yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah” seperti yang diulas oleh Malaikat di dalam ayat al-Quran 2: 30. Ini pendapat yang dilontarkan oleh Al-Maqdisi.

Sesungguhnya manusia yang pertama kali di jadikan oleh Alahh SWT adalah ” ADAM AS “. Beliau di jadikan dari tanah yang di bentuk manusia, lalu di tiupkan rohkepadanya lantas jadilah berupa manusia ( berupa darah , daging , ruh )berupa Nabi Adam As.

Sebelum ADAM wujud

Sebelum Allah SWT mewujudkan Nabi Adam As ( manusia pertama ) Allah SWT sudah menjadikan dua mahkluk yang berakal , berupa :
1. Mahkluk yang berupa malaikat
2. Mahkluk yang berupa Banul-Jan/Iblis

Adapun asal mula kejadian kedua mahkluk tersebut adalah :

Malaikat : di jadikan dari Nur ( cahaya ) yang suci yang berupa ruh dan akal tidak ada syahwatnya. Kerena itu malaikta tidak makan , minum dan juga tidak beristri ( lain dengan manusia ), hidup malaikta semata-mata hanya melaksanakan perintah Allah SWT, laiya tidak di laksanakan.
Banul-Jan : Dijadikan dari api. Berbentuk sebagai manusia membutuhkan makan , minum dan beristri dan juga mempunyai keturunan yang banyak sekali.

Sedangkan untuk asal mula Nabi Adam As. dijelaskan dalam sebuah ayat ( S.Al Hijr : 28 , dan S. Shood 71-72 ), yakni :

Sesungguhnya Allah Swt.berfirman kepada para malaikat untuk membuat manusia yang asal mula kejadianya dari tanah liat kering ( yang berasal ) dari lumpur hitam yang di beri bentuk. ( S. Al. Hijr : 28 ) Atau kejadian manusia itu dari tanah. (Shood ayat 71-72 )

Sesudah diberi ruh ( nyawa ) kemudian hidup dengan daging , darah dan tulang. Sesudah Nabi Adam As. wujud, maka Allah Swt. memerintahkan pera malaikat intuk bersujud kepada Nabi Adam As. Semua para malaikat sama melaksanakan sujud kecuali iblis yang menolak perintah Allah Swt, Untuk bersujud pada Nabi Adam As. Karena Iblis bersifat takabur , sombong dan merasa lebih mulya dari Nabi Adam As, Sebab dijadikan dari api sedangkan Nabi Adam dari tanah. Karena itu iblis termasuk golongan orang kafir , Karena itu Allah Mengusirnya dari Surga. Adapun sujudnya para malaikat pada Nabi Adam As. tadi bukanlah sujud ibadah sebagaimana sjudnya orang sholat, tetapi sujud Ta’ata tau tunduk memulyakan atau menghormati Nabi Adam As. Karena Nabi Adam As, mempunya ilmu pengetahuan dari Allah Awt. hingga bisa menberi nama pada barang-barang yang di tanya pada pada Adam. sedangkan malaikat tidak mengetahuinya. Allah berfirman dalam ( surat Shood 71-72 ).

Artintya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepafa paramalaikat , sesungguhnya aku mencipatakan manusia dari tanah , maka apabila telah aku semprunkan kejadianya dan kutiupakan kepadanya Ruh ( ciptaanku ) ku. hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.

Allah Swt. Berfirman dalam ( Surat Al A’raf Ayat 11 ) :

Artinya :
Sesunggunya kami telah menciptakn kamu ( Adam ) lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan pada para malaikat : ersujudlah kamu kepada Adam , maka merekapun bersujud kecuali Iblis , dia tidak termasuk mereka yang sujud.

Allah bertanya pada Iblis apakah yang menghalangimua untuk bersujud kepada ( Adam As )di waktu aku menyuruhmu? Iblis menjawab : saya lebih baik dari adam , engkau menciptakan aku dari api , sedang dia ( Adam ) engkau ciptakan dari tanah, maka Allah Swt. Berfirman dalam
( surat A’raf ayat 13 ) :

Artinya :
Allah Swt berfirman , turunlah kamu dari Surga itu, karena kamu tak sepatutnya menyombingkan diri di dalamnya, maka keluarlah. sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.

Sesudah keadaan Iblis di keluarkan oleh Allah dari Surga, Maka Iblis meminta pada Allah agar umurnya di panjangkan ( tidak mati ) hingga datangnya hari kiyamat ( rusaknya semua mahkluk ). Iblis mengancam kepada Nabi Adam dan anak cucunya , akan di bujuk rayu dan disesatkan , dari jalan ( tuntunan ) yang benar, hingga tidak ada yang ( ta’at ) mengikuti perintah Allah swt, dan menjauhi semua larangannya sehingga Iblis dan Syetan bertujuan membjuk dengan bermacam-macam cara dari segala jurusan , baik dari arah (sebelah ) kanan, kiri serta arah muka dan belakang,sampai mengikuti bujuk rayunya serta menjadi temanya hingga bisa masuk bersama-sama ke dalam siksa Allah Swt ke Neraka. Karena itu Allah memberikan perjanjian kepada Adam ( anak cucunya ) siapa yang mengikuti tingkah laku syetan/iblis , maka dia menjadi temanya dan nantinya akan aku masukan , kesisaku yaitu Neraka ( tempat Iblis dan teman-temanya ).

Sesuai dengan firman Allah Swt. ( Surat Al-A’raf : 16 )

Artinya :
Dia menjawab, karena engkau telah menghukum kami tersesat, maka kami akan benar-benar ( menghalangi ) mereka dari jalan ( agama ) engkau yang lurus.

Kemudian saya kan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang merekam dari kanan dan dari kiri mereka, dan mereka tidak akan mendapatkan mereka bersyukur ( taat ) maka Allah berfirman keluarlah kamu dari surga itu. Sebagai orang terhina dan terusir, barang siapa diantara mereka mengikuti kamu , benar-benar aku akan mengisi Neraka jahanam dengan kamu semuanya.


WWW.FAMILYRUMADAY.BLOGSPOT.COM

Al-Qur’an dan Sains (2) : Benarkah Manusia Mampu Ke Bulan?

Al-Qur’an dan Sains (2) : Benarkah Manusia Mampu Ke Bulan?

Bismillah..
Siapa yang tak ingat Neil Amstrong, astronot yang katanya sudah pernah menginjakkan kaki ke bulan. Ditambah lagi, ada yang bilang bahwa disana dia mendengar azan (salah satu sumbernya disini)

Ada pula yang mengatakan bahwa ada tiga orang astronot yang pernah ke bulan mengakui bahwa bulan benar benar telah terbelah sebagaimana yang  di kabarkan oleh surat Al Qomar ayat pertama yang artinya : ” Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan” (salah satu sumbernya disini).
Adapula yang menafsirkan bahwa keberhasilan manusia menginjakkan kaki ke bulan sebagai realisasi dari surat ArRahman [55] : 33 yang artinya : “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sulthon)” dan ditafsirkan sebagian orang bahwa sulthon disini adalah ilmu pengetahuan yang berkembang pesat..
Berita berita lebih lanjut tentang adanya orang yang sudah pernah‘tamasya’ ke bulan pun seolah mendukung fenomena manusia ke bulan. Salah satu pemberitaan itu bisa dilihat disini.
Selanjutnya, timbul bantahan bantahan yang datangnya dari negara Amerika sendiri bahwa sebenarnya itu hanyalah, HOAX, dan belum pernah ada manusia yang menginjakkan kakinya di bulan, dengan segala bukti bukti kepalsuannya; Misalnya di artikel ini, dan artikel  klarifikasi semua bukti bukti mengada ngada tentang Neil Amstrong yang masuk Islam karena mendengar azan di bulan di artikel ini.
Tidak lama lagi, muncul artikel yang membantah bahwa pendaratan manusia di bulan itu bukan HOAX. Kalau berminat membacanya, coba cek disini
Lalu ada lagi penjelasan dengan dalil AlQuran bahwa betapa tidak mungkinnya manusia itu hidup selain dibumi berdasarkan ayat “Dan bagi kamu di bumi ini ada “MUSTAQAR” (tempat menetap yang telah di tetapkan) dan kesenangan hidup sampai waktu yang telah di tentukan”.(QS Al Baqarah:36 & Al A`raaf:24); (Penjelasan rincinya disini)
Sebenarnya, mampukah manusia pergi ke bulan? jika ya, berarti penafsiran ayat Al baqarah dan al a’raf diatas salah? Tapi jika manusia memang tidak pernah, berarti penafsiran di surat Ar Rahman tentang ilmu pengetahuan sebagai ‘sulthon‘ itu salah??
Terlepas dari sudah pernah ataukah belum manusia menginjakkan kakinya ke bulan, ada penjelasan menarik sekali dari Syaikh Al Utsaimin –rahimahullahu ta’aala- ketika beliau memberikan penjelasan tafsir surat Shaad ayat 9 dan 10 :
أَمْ عِندَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ. أَمْ لَهُم مُّلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَلْيَرْتَقُوا فِي الْأَسْبَابِ
“Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi? Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). ”
==========
Beliau Syaikh Al Utsaimin –rahimahullah- berkata :
Sebagian ulama ada yang menarik faedah dari ayat ini, yaitu ketidakmungkinan (seseorang) sampai ke bulan, karena Allah berfirman:
(فَلْيَرْتَقُوا فِي الأسْبَابِ)
(maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit))
dan firman-Nya selanjutnya:
(جُنْدٌ مَا هُنَالِكَ مَهْزُومٌ مِنَ الأحْزَابِ )
(Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan- golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan),
dan telah dimaklumi bahwa bulan ada di langit**** (penjelasan tentang definisi langit ada setelah perkataan beliau –rahimahullah– di bawah tulisan ini), bila orang-orang yang dituntut untuk menaiki tangga-tangga ke langit adalah para tentara yang terhina lagi terkalahkan (di ayat selanjutnya; ayat 11), maka tidaklah mungkin mereka dapat sampai ke bulan. Pertanyaannya, bisakah dari ayat ini diambil kesimpulan bahwa manusia tidak dapat sampai ke bulan? Dari zahir ayat ini justru bisa kita mungkinkan sebagai dalil bahwa manusia bisa sampai ke bulan, maknanya ayat ini menunjukkan kemungkinan sampainya manusia ke bulan.
Dan ini tentunya bertolak belakang dengan pengambilan dalil sebagian orang, yang sebenarnya tidak tepat ayat ini dipakai sebagai dalil untuk menyatakan ketidakmungkinan manusia sampai ke bulan, karena bulan di langit, yang maknanya di atas, bukan maksudnya di langit yang menjadi atap yang kokoh terjaga. Dan ini adalah masalah yang diketahui kepastiannya dan tidak diperselisihkan.
Jika mendung bisa diungkapkan ia berada di langit, ia bisa disebut di langit, sebagaimana firman Allah:
(أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا )
(Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya) (ar-Ra’du: 17),
Hal itu dikuatkan dengan realita dimana orang-orang sekarang bisa naik di atas langit yaitu di atas awan. Sebagian besar orang biasa naik pesawat di atas awan, awan berada di bawah pesawat, demikian pula bulan di langit,
Allah berfirman,
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا
“Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”(al-Furqan: 61).
Tidak ragu lagi bahwa bulan di langit, namun pertanyaannya, apakah langit yang dimaksud disini adalah langit yang menjadi atap kokoh terjaga (bagi bumi) yang tidak mampu ditembus malaikat-malaikat yang mulia dan manusia pilihan (para rasul) kecuali apabila diizinkan? jawaban pastinya, bukan, tetapi bulan sangat jauh sekali dibawahnya.
Karena itu kita katakan: bahwa dalam ayat di atas tidak terdapat dalil untuk memustahilkan manusia sampai ke bulan, lagi pun juga bukan dalil untuk memungkinkan manusia sampai ke bulan, dan mengabaikan masalah ini dari realita.
Bila memang benar manusia sampai ke bulan, maka syari’at pun tidak pernah mengingkari, sebaliknya, bila dikatakan bahwa manusia tidak sampai ke bulan maka syari’at pun tidak akan menetapkannya. Misalnya berita menyebutkan: Kami sampai ke bulan, dan memang benar demikian, maka kita katakan: alhamdulillah, masalah ini tidak bertolakbelakang dengan syari’at kami, tidak itu dengan kitabullah ataupun sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimaklumi lagi bahwa bulan di bawah bintang-bintang. Mengenai bintang ini Allah menerangkan:

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (al-Mulk: 5).
Tetapi bulan letaknya di bawah bintang, kami dan selain kami pun menyaksikan adakalanya pandangan kita terhadap bintang terhalangi oleh bulan.
Kami dengan mata kepala pernah menyaksikan peredaran bulan dengan bintang (dibelakangnya) yang biasa disebut bintang subuh, dan telah dimaklumi bulan bergeser lebih lambat daripada bintang. Pada saat bintang tadi melewati bulan ternyata (sejenak) hilang dari pandangan. Jadi kejadiannya seperti awan yang menghalangi penglihatan kita dari melihat bulan.

Ada seseorang yang aku percayai bercerita padaku: sesungguhnya kejadian serupa kadang-kadang terjadi dan kami biasa melihatnya. Singkat kata, bulan letaknya bukan di langit yang merupakan atap kokoh (bagi bumi) yang terjaga, bila memang benar ada yang sampai ke bulan, maka hal itu bukan hal yang aneh. Dan tentunya ayat ini bukan dalil untuk meniadakan sampainya (manusia) ke bulan.
—-sekian perkataan beliau—-
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
*****
Definisi langit atau السماء dalam AlQuran memiliki dua makna, yaitu
(1) . Langit yang berarti segala sesuatu yang berada di atas bumi; maka awan, bulan, bintang matahari termasuk bagian dari as samaa’ . Misalnya pada firman Allah Ta’ala : “dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit (As Samaa)” Qs. 2 : 22; As Samaa’ di ayat ini berarti mendung, karena lafadz As Samaa’ adalah bentuk masdar dari سَمَا يَسْمُوْ yang artinya tinggi. Maka as- Sama’ dapat berarti semua yang lebih tinggi. (Tafsir Ibnu Katsi 1/176; dinukil dari buku Matahari mengelilingi Bumi -Ahmad Sabiq)
Berkata Imam Fairuz Abadi rahimahulloh ” سَمَا  سُمُوًا  artinya adalah tinggi, dan as sama’ adalah sesuatu yang sudah diketahui bersama bisa di mudzakarkan dan juga bisa di muannatskan, juga bbisa berarti atap dari segala sesuatu”
Berkata Syaikh Ibn baaz –rahimahulloh– : Dalil mengenai masalah ini dari firman Allah dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam serta ucapan para ulama tafsir dan ahli bahasa yang menggunakan lafadz as samaa’ untuk sesuatu yang tinggi, sangat banya” (al-adillah an-Naqliyyah hal 10.; dinukil dari buku Matahari Mengelilingi Bumi – Ahmad Sabiq)
(2) Langit dalam arti makhluq yang mempunyai fisik tertentu yang diciptakan oleh Allah ta’ala tujuh lapis,mempunyai pintu serta tidak bisa ditembus kecuali oleh yang dikehendaki Allah. Diantara yang menunjukkan atas ini semua ialah :
Firman Allah ta’ala :
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis” Qs 67 : 3 dan ayat ayat yang senada dengan ini amatlah banyak. Sedangkan dalil dari Hadits Rasululloh shalallahu ‘alayhi wasallam adalah sebuah hadits panjang ketika isra’ mi;raj :
Kemudian Jibril membawa naik Rasulullah ke langit dunia, lalu Jibril mengetuk salah satu pintunya …Yang saya ingat bahwa Nabi Idris di langit kedua, Harun di langit keempat, seorang Nabi yang saya tidak hafal namanya di langit kelima, Ibrahim di langit keenam dan Musa di langit ketujuh. Maka Nabi Musa berkata, ‘Ya Allah, saya tidak menyangka kalau ada yang melebihi tempatku’. Kemudian Rasulullah naik hingga tiba di Sidratul Muntaha dan Allah mendekat sehingga Rasulullah dengan Allah sedekat anak panah atau malah lebih dekat lagi” (HR. al Bukhari no. 3570 dan 7517, Muslim no. 162-164 dan lainnya) -dinukil dari buku ‘Matahari Mengelilingi Bumi-

www.familyrumaday.blogspot.com